Perang Air yang Memiliki Sarat Makna Spiritual

Ritual air yang menyatukan warga dalam sukacita
Sumber :
  • https://images.app.goo.gl/BjEA9y2xTqP3ai5CA

Gumi Bali, VIVA Bali – Bali menyimpan kekayaan budaya yang tidak lekang oleh waktu. Salah satunya adalah Siat Yeh, tradisi unik berupa perang air yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Bongan, Kabupaten Tabanan. Meski tampak seperti permainan, ritual ini memiliki makna spiritual mendalam sebagai simbol pembersihan diri dan pengikat solidaritas sosial.

Makna Spiritual dan Filosofis di Balik Air

Sate Lilit, Simbol Keharmonisan dan Spiritualitas Masyarakat Bali

Dalam kepercayaan masyarakat Bali, air bukan sekadar elemen alam, melainkan juga sarana penyucian lahir dan batin. Siat Yeh dilakukan setelah upacara keagamaan sebagai bagian dari proses ngelukat. Ngelukat adalah ritual penyucian dari pengaruh negatif. Tradisi ini juga merefleksikan nilai Tri Hita Karana, yaitu harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.

Ruang Sosial dan Ekspresi Budaya

Perang air ini mempertemukan seluruh lapisan warga dalam suasana penuh tawa dan kebersamaan. Tak ada pemenang ataupun kalah di perang air ini, yang ada hanyalah semangat untuk menjaga tradisi dan menjalin rasa kekeluargaan. Tradisi seperti ini menjadi contoh nyata bagaimana budaya lokal mampu mempererat hubungan sosial tanpa meninggalkan akar spiritualitas.

Menjaga Tradisi, Menjaga Alam

Jalak Bali, Burung yang Menjadi Khas Bali

Air yang digunakan biasanya berasal dari mata air suci atau sumber lokal yang dijaga kelestariannya. Hal ini memperlihatkan bahwa pelestarian budaya juga sejalan dengan pelestarian lingkungan. Dalam setiap cipratan air, tersimpan pesan untuk hidup selaras dengan alam.