Penjor, Simbol Suci Yang Menghiasi Bali Setiap Galungan
- https://pin.it/3iyOxSaNP
Adat, VIVA Bali –Pulau Bali dikenal dengan kekayaan budaya dan tradisinya yang unik. Salah satu tradisi yang paling mencolok dan penuh makna adalah Penjor, tiang bambu melengkung yang dihiasi dengan berbagai ornamen dan dipasang di depan rumah-rumah serta pura saat perayaan Hari Raya Galungan. Penjor bukan sekadar hiasan, melainkan simbol spiritual yang mendalam dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali.
- Makna Filosofis Penjor
Penjor memiliki makna simbolis yang kaya dalam kepercayaan Hindu Bali. Tiang bambu yang tinggi melambangkan Gunung Agung, gunung suci yang dianggap sebagai tempat bersemayamnya para dewa. Lengkungan pada ujung penjor menggambarkan aliran energi dan kekuatan hidup yang menghubungkan bumi dengan langit. Hiasan-hiasan seperti janur, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya melambangkan rasa syukur atas anugerah alam dan kesejahteraan yang diberikan oleh Tuhan.
- Asal Usul Dan Sejarah Penjor
Tradisi pemasangan penjor telah ada sejak lama dan menjadi bagian integral dari perayaan Galungan di Bali. Kata 'penjor' berasal dari bahasa Bali 'penyur', yang berarti melengkung. Penjor dipasang sebagai simbol kemenangan Dharma (kebenaran) atas Adharma (kejahatan) yang dirayakan dalam Hari Raya Galungan. Selain itu, penjor juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan lainnya sebagai simbol persembahan dan penghormatan kepada para dewa.
- Proses Pembuatan Dan Pemasangan Penjor
Pembuatan penjor dilakukan dengan penuh ketelitian dan melibatkan seluruh anggota keluarga. Tiang bambu yang digunakan biasanya setinggi 5 hingga 10 meter, dengan ujung yang melengkung ke bawah. Hiasan-hiasan seperti janur, bunga, buah-buahan, dan hasil bumi lainnya dipasang secara berurutan dari bawah hingga ke ujung lengkungan. Penjor kemudian dipasang di sisi kanan pintu masuk rumah atau pura, sebagai simbol persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.