Warga Pesisir Pulau Serangan dan KEK Kura Kura Bali Sulap Sampah Plastik Jadi Produk Kreatif

Limbah plastik yang diolah menjadi produk kreatif
Sumber :
  • Dok KEK Kura Kura Bali/VIVA Bali

Denpasar, VIVA Bali – Limbah plastik yang dipandang sebelah mata nyatanya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir di Pulau Serangan Denpasar. 

Beraksi di 5 TKP, Pelaku Curanmor Ditangkap Polsek Denpasar Barat

Desa Adat Serangan bekerjasama dengan PT Bali Turtle Island Development (BTID) mengubah limbah plastik itu menjadi barang-barang yang bermanfaat dan bernilai ekonomi, melalui inovasi Angen. 

Angen Bali diciptakan untuk mengolah sampah plastik yang telah dipilah menjadi beragam produk kreatif yang tidak hanya bernilai guna, tetapi juga bernilai jual, seperti peralatan rumah tangga, hiasan interior, hingga karya seni fungsional.

BI  Ungkap Tingginya Perekonomian di Bali Berkolerasi pada Rendahnya Pertumbuhan Kredit

"Setiap harinya, Angen Bali menerima sampah plastik rata-rata 8 kilogram," jelas Tim produksi Angen Bali Gede Agastia dalam siaran persnya yang diterima Bali.viva.co.id Sabtu, 16 Agustus 2025.

Angen Bali merupakan binaan PT Nukari Kriya Raya, pusat pengolahan sampah plastik hasil kolaborasi Desa Serangan dan BTID sejak 2014. Inisiatif ini berfokus pada pengelolaan sampah plastik yang telah menahun menjadi salah satu tantangan besar di Bali. 

Unik! Pelari dengan Kostum Tari Gandrung Ikuti Bali International Trail Run 2025

"Kami tidak anti penggunaan plastik, kami hadir sebagai solusi untuk permasalahan ini,” tegasnya.

Menurutnya, setiap produk yang dihasilkan merupakan bukti bahwa keberlanjutan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan masyrakat.

Tim community relations Nukari I Wayan Darmaja mengungkapkan, sebelumnya proses pengumpulan sampah plastik dari masyarakat ke Angen Bali melalui sistem barter. 

“Dulu sistemnya barter, kami disponsori beras oleh BTID. Beras itu ditukarkan dengan sampah plastik yang dibawa masyarakat. Sekarang, kami membelinya dari masyarakat,” kata Wayan Darmaja.

BTID melihat program ini sebagai bagian dari komitmen jangka panjang untuk membangun ekosistem ekonomi sirkular di kawasan pesisir. 

Kepala Komunikasi BTID Zakki Hakim mengatakan, lewat kolaborasi dengan pelaku lokal seperti Angen Bali, pengelolaan sampah menjadi lebih dari sekadar solusi lingkungan, tetapi juga menjadi sarana edukasi, pemberdayaan, dan penguatan identitas budaya Bali yang menjunjung harmoni antara manusia dan alam.

“Kerja sama ini bukan hanya soal mengelola sampah, tetapi mengubah cara pandang kita terhadap plastik. Di Kura Kura Bali, kami percaya kolaborasi adalah kunci untuk menciptakan dampak nyata bagi lingkungan dan masyarakat,” ujar Zakki Hakim.

Ia menambahkan, bersama Angen Bali, pihaknya ingin memperlihatkan bahwa dari Desa Serangan, ide-ide kreatif bisa lahir untuk menjaga Bali tetap indah dan berkelanjutan.

Dengan semangat gotong royong dan kreativitas tanpa batas, Kura Kura Bali dan Desa Serangan berharap inisiatif ini dapat menginspirasi komunitas lain terutama para pemuda, untuk bersama-sama mengubah masalah menjadi sumber penghasilan, dan limbah menjadi karya.