Dari Sawah Organik, Petani Kedisan Mandiri Angkat Pendapatan Desa Hingga Rp600 Juta Per Bulan

Kelompok Petani Kedisan Mandiri, Desa Kedisan, Tegallalang, Gianyar
Sumber :
  • Maha Liarosh/VIVA Bali

Menurutnya, apa yang dihasilkan dari sistem persawahan organik itu tidak terbuang percuma. Saat ini ada dua produk yakni, beras organik dan pupuk kompos. 

Transformasi ParQ Ubud Jadi Onyx Park Resort, Babak Baru Pusat Healing dan Kreatifitas

"Pupuk ini pun juga lebih banyak untuk kebutuhan anggota kelompok, mereka mengolah kompos akan dapat upah pupuk organik," kata Semara Bawa. 

Pasang surut hasil panen juga dirasakan oleh para petani. Menurut Semara Bawa, kondisi itu dipicu oleh hama tikus. Ia mengatakan, tahun lalu produksi gabah organik menurun hingga 30 persen. 

Pemkab Gianyar Deklarasikan Gerakan "KENCANA" untuk Perkuat Ketangguhan Kecamatan Hadapi Bencana

"Pemicunya hama tikus. Setelah panen ternyata di tengah sawah ada lobang besar sarang tikus, hama ini memakan sejak tanaman mulai tumbuh," ungkapnya demikian. 

Sementara itu, Kepala Desa Kedisan Dewa Ketut Raka menyebut, Desa Kedisan merupakan satu-satunya desa yang bisa mengangkat pendapatan desa hingga 700 persen.

Puluhan Musisi Indonesia Suarakan Krisis Iklim Dunia Lewat Musik

"Kalau dulu satu tahun itu paling maksimal pebdapatan desa bisa Rp12 juta tapi sekarang dalam satu bulan itu pendapatan pokok bisa sampai Rp600 juta," jelas Ketut Raka.

Ketut Raka berharap, keberhasilan kelompok Petani Kedisan Mandiri mampu menjadi percontohan bagi petani-petani lain. 

Halaman Selanjutnya
img_title