Dari Sawah Organik, Petani Kedisan Mandiri Angkat Pendapatan Desa Hingga Rp600 Juta Per Bulan
- Maha Liarosh/VIVA Bali
"Tadi dipaparkan, petani akan memelihara burung hantu untuk mengendalikan hama tikus. Ke depan mungkin akan kita siapkan rumah burung hantunya. Kita berharap suatu saat produktivitasnya semakin tinggi dan sebagian dapat sampai ke Nusa Dua," ujarnya.
Dalam pelaksanaan program Green Journey kali ini, ITDC The Nusa Dua juga menyalurkan dua ekor sapi dan mesin gabah untuk mendukung pertanian organik di Desa Kedisan itu.
Ketua Kelompok Petani Kedisan Mandiri I Putu Yoga Wibawa mengatakan, produksi beras organik yang dihasilkan untuk sementara dijual antar mitra. Termasuk, untuk memasok kebutuhan vila dan akomodasi pariwisata di sekitar lingkungan Desa Kedisan. Beras organik dijual seharga Rp 30 ribu per kilogram.
"Produksi setiap kali panen 3-5 ton, sampai saat ini semuanya terserap di pasar secara terbatas, sedangkan sisanya kita konsumsi sendiri," kata Yoga Wibawa.
Saat ini, Desa Kedisan memiliki lahan sawah organik seluas 37 hektar. Sawah ramah lingkungan itu dikelola oleh dua kelompok Subak yakni, Kelompok Subak Kedisan Kelod dan Kaja.
"Kami sudah mengantongin sertifikat organik tanggal 25 april 2022. Kami memiliki dua subak yakni subak kaja dan subak kelod. PKM ini tergabung dalam organisasi subak tersebut. Petani desa Kedisan tetap bisa melestarikan budaya kearifan lokal dengan menggunakan pupuk organik,"ungkap Putu Yoga.
I Made Semara Bawa, petani sawah organik mengatakan, bantuan sapi yang diberikan akan digunakan untuk membajak sawah. Selain itu, kotoran yang dihasilkan dimanfaatkan sebagain rabuk setelah diolah dan menjadi kompos.