Mengenal Tedhak Siten, Ritual Bayi Jawa Pertama Kali Injak Tanah

Prosesi Ritual Tedhak Siten
Sumber :
  • https://imgx.parapuan.co/crop/0x0:0x0/x/photo/2022/11/28/fotojet-1jpg-20221128102945.jpg

Tradisi, VIVA Bali – Bagi masyarakat Jawa, setiap fase kehidupan memiliki makna dan simbol tersendiri. Salah satu tradisi yang paling sakral adalah Tedak Siten atau dalam bahasa Jawa (tedhak siten), sebuah ritual yang dilakukan saat bayi berusia sekitar 7 atau 8 bulan — momen ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di tanah. Tradisi ini tidak sekadar seremonial, tapi juga mencerminkan rasa syukur, doa, dan harapan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri dan kuat menghadapi kehidupan.

Nyala-Nyala Api Tradisi Ter-Teran di Jasri

Makna Filosofis di Balik Tedhak Siten

Kata “tedhak” berarti turun, sedangkan “siten” berasal dari kata siti yang berarti tanah. Jadi, Tedhak Siten bermakna “turun ke tanah”. Ritual ini dipercaya sebagai simbol kesiapan anak untuk menapaki kehidupan dunia yang sesungguhnya, setelah sebelumnya hanya digendong atau diletakkan di tempat tidur. Selain itu, prosesi ini juga menjadi wujud doa orang tua agar anaknya selalu diberi kelancaran rezeki dan keselamatan sepanjang hidup.

Yang Unik dari Tradisi Perang Timbung di Lombok Tengah

7 Prosesi Sakral dalam Upacara Tedhak Siten

Upacara Tedhak Siten terdiri dari tujuh tahapan utama, masing-masing memiliki filosofi dan simbolisme mendalam:

  1. Membersihkan kaki bayi
    Orang tua membersihkan kaki bayi dengan air bersih sebagai lambang penyucian diri sebelum menapaki bumi untuk pertama kalinya.
  2. Berjalan di atas tujuh jadah warna-warni
    Bayi dibimbing berjalan di atas tujuh lapis jadah (ketan) yang memiliki warna berbeda, melambangkan tujuh tahapan kehidupan manusia serta harapan agar anak kuat menempuh setiap fase hidupnya.
  3. Menaiki tangga tebu
    Tebu yang digunakan biasanya jenis tebu wulung (berwarna ungu) dan disusun menyerupai tangga. Ini melambangkan cita-cita tinggi serta perjalanan hidup yang manis sekaligus penuh tantangan.
  4. Masuk ke kurungan ayam
    Bayi dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang berisi berbagai benda seperti buku, uang, alat tulis, atau perhiasan. Apa pun yang pertama kali diambil bayi dipercaya melambangkan masa depan atau profesinya kelak.
  5. Memandikan bayi dengan air bunga tujuh rupa
    Setelah keluar dari kurungan, bayi dimandikan dengan air yang dicampur bunga dari tujuh sumber berbeda. Ini menjadi simbol pembersihan diri dari hal buruk dan awal kehidupan baru yang penuh berkah.
  6. Menabur udhik-udhik
    Orang tua menyebarkan beras kuning dan uang logam untuk diperebutkan oleh tamu yang hadir. Ritual ini menggambarkan semangat berbagi rezeki dan kebahagiaan.
  7. Bermain dengan teman sebaya
    Sebagai penutup, bayi dibiarkan bermain dengan anak-anak lain seusianya, melambangkan proses bersosialisasi dan belajar hidup berdampingan.
Mengungkap Makna Tari Inai dalam Tradisi Pernikahan Melayu

Meski zaman semakin modern, Tedhak Siten tetap dilakukan banyak keluarga Jawa, baik di pedesaan maupun perkotaan. Prosesi ini bukan hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga mempererat hubungan keluarga dan komunitas.

Halaman Selanjutnya
img_title