Tradisi Manten Tebu Blitar, Pengantin Tebu dan Awal Musim Giling
- https://www.instagram.com/p/BhOk9jTjaq-/?img_index=7&igsh=MXNxYzBvZjhncXFrZg==
Tradisi, VIVA Bali –Blitar tak hanya dikenal dengan sejarah perjuangan bangsa, tetapi juga memiliki tradisi unik yang masih bertahan hingga kini. Salah satunya adalah Manten Tebu, sebuah ritual adat yang setiap tahun digelar di Pabrik Gula Rejoso Manis Indo (RMI), Desa Rejoso, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar. Tradisi ini menjadi simbol dimulainya musim giling tebu sekaligus sarana doa bersama untuk kelancaran produksi dan kesejahteraan petani.
Makna Manten Tebu
Menurut bahasa Jawa, manten berarti pengantin, sementara tebu merujuk pada tanaman penghasil gula. Dari situlah nama Manten Tebu lahir, merujuk pada sepasang batang tebu yang diperlakukan layaknya pengantin pria (tebu lanang) dan pengantin wanita (tebu wadon). Prosesi ini tidak hanya seremonial, melainkan sarat makna filosofis.
Manten Tebu melambangkan rasa syukur atas panen tebu, sekaligus permohonan berkah agar proses giling berjalan lancar, hasil produksi melimpah, serta memberikan kesejahteraan bagi petani maupun pekerja pabrik. Lebih jauh, tradisi ini juga menjadi jembatan harmonisasi antara perusahaan penggilingan gula dengan masyarakat sekitar.
Prosesi Manten Tebu
Ritual Manten Tebu dimulai dengan pemilihan dua batang tebu terbaik. Tebu lanang dan tebu wadon dihias menyerupai pasangan pengantin, lengkap dengan perlengkapan simbolis adat Jawa.
Arak-arakan kemudian digelar, diiringi tabuhan gamelan dan tarian tradisional. Tidak hanya tebu, sepasang perjaka dan perawan juga dipilih untuk mengenakan busana pengantin Jawa, sehingga suasana prosesi semakin menyerupai pernikahan sesungguhnya.
Puncak ritual ditandai dengan penyatuan tebu pengantin oleh seorang sesepuh atau dukun adat. Dalam prosesi ini, pengantin wanita (tebu wadon) membasuh bagian bawah pengantin pria (tebu lanang), melambangkan kesatuan, kesuburan, serta harapan akan kehidupan yang sejahtera.
Setelah itu, sepasang tebu pengantin diarak menuju mesin penggiling. Tebu lanang dan wadon kemudian dilemparkan ke dalam mesin, menandai secara resmi dimulainya musim giling. Tak lama berselang, truk-truk penuh tebu ikut mengantre untuk masuk ke mesin giling, mengawali proses produksi gula tahun berjalan.
Keunikan Tradisi Manten Tebu
Manten Tebu bukan sekadar tradisi simbolis. Ritual ini hanya bisa dijumpai di Pabrik Gula RMI Blitar, sehingga menjadi warisan budaya khas yang membedakannya dari daerah lain. Setiap tahun, acara ini juga berhasil menarik perhatian masyarakat luas, bahkan diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkaya khazanah tradisi Jawa Timur.
Selain nilai spiritual dan budaya, Manten Tebu juga memiliki dampak sosial. Ritual ini memperkuat ikatan antara pihak pabrik dengan para petani tebu, menciptakan rasa kebersamaan, serta menumbuhkan optimisme menghadapi musim giling yang baru.
Bagi masyarakat Blitar, Manten Tebu bukan sekadar seremoni, melainkan bagian dari identitas budaya yang harus dilestarikan. Sementara bagi wisatawan, tradisi ini menawarkan pengalaman unik melihat perpaduan tradisi, seni, dan ritual sakral dalam satu perayaan.
Manten Tebu patut dijaga sebagai warisan budaya Blitar yang tidak hanya bernilai spiritual, tetapi juga berpotensi mendukung pariwisata daerah.