Gambang Kromong, Musik Betawi Hasil Akulturasi Budaya

pertunjukan Gambang Kromong, kesenian hasil akulturasi budaya.
Sumber :
  • https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Gambang_Kromong.jpg

Musik, VIVA Bali – Bicara tentang musik Betawi, rasanya tak lengkap tanpa menyebut Gambang Kromong. Orkes tradisional ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan simbol akulturasi budaya yang lahir dari pertemuan tradisi Jawa, Sunda, Melayu, Cina, hingga Barat. Menurut informasi dari Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Gambang Kromong sudah populer sejak tahun 1930-an, terutama di kalangan komunitas Tionghoa Peranakan dan masyarakat Betawi, sebelum akhirnya menyebar ke daerah sekitar seperti Tangerang, Bekasi, hingga Karawang.

Antisipasi Bencana, BPBD Lombok Barat Gelar Latihan Kesiapsiagaan Tsunami

Keunikan Gambang Kromong terletak pada alat musiknya yang beragam. Ada gambang kayu dan kromong, seperangkat bonang kecil bernada pentatonis, yang menjadi ciri khas utama. Selain itu, rebab, suling, dan gendang berpadu dengan alat musik Barat seperti gitar, saksofon, dan trompet. Seperti yang dipaparkan oleh Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, perpaduan instrumen ini melahirkan harmoni khas, dengan laras pentatonis bercorak Tionghoa yang membuat Gambang Kromong terdengar berbeda dari gamelan Jawa maupun Bali.

Dalam perkembangannya, Gambang Kromong juga menunjukkan fleksibilitas budaya. Menurut catatan IndonesiaKaya, ada tiga jenis lagu yang biasa dimainkan, yaitu lagu pobin yang bernuansa Cina, lagu dalem berbahasa Melayu Betawi dengan isi syair yang mendalam, serta lagu sayur yang riang gembira. Lagu sayur inilah yang paling populer di kalangan masyarakat karena sering mengiringi tarian spontan di pesta rakyat. Bahkan, seniman Betawi legendaris seperti Benyamin Sueb pernah mengangkat Gambang Kromong ke panggung nasional lewat karya-karyanya.

Gubernur NTB Canangkan Asuransi Petani Tembakau dan Alokasi Dana Desa untuk Atasi Kemiskinan

Lebih jauh lagi, Gambang Kromong tidak hanya dimainkan dalam acara resmi atau ritual, tetapi juga menjadi hiburan sehari-hari masyarakat Betawi. “Musik ini dulu sering hadir dalam pernikahan, pesta ulang tahun, hingga perayaan Imlek,” jelas Perpustakaan Digital Budaya Indonesia. Dari situ terlihat bagaimana Gambang Kromong menjadi perekat sosial lintas budaya, agama, dan komunitas.

Namun, perubahan zaman membawa tantangan tersendiri. Versi modern Gambang Kromong kini kerap mengurangi instrumen tradisional seperti kromong atau rebab kecil, digantikan dengan alat musik yang lebih praktis. Kendati begitu, seperti ditekankan oleh IndonesiaKaya, esensi Gambang Kromong tetap dijaga, ia adalah musik hasil perjumpaan budaya, bukan sekadar genre hiburan.

Tingkatkan Kualitas Kota, Denpasar Jajaki Kerja Sama dengan Finlandia

Gambang Kromong pada akhirnya lebih dari sekadar musik. Ia adalah cermin kehidupan masyarakat Betawi yang terbuka, inklusif, dan mampu menemukan harmoni dari keberagaman. Di tengah arus modernisasi Jakarta yang serba cepat, Gambang Kromong menjadi pengingat bahwa tradisi bukan penghalang, melainkan jembatan menuju kebersamaan yang lebih luas.