James Silva dan Pertarungan Melawan Setan Dalam Dirinya
- https://m.imdb.com/title/tt4560436/mediaviewer/rm2600685312/?ref_=tt_ph_3
Film, VIVA Bali – Bicara soal film aksi Mile 22, film hollywood yang pernah dibintangi Iko Uwais. Pastinya langsung kebayang baku tembak, strategi militer, dan ketegangan tanpa henti. Tapi ada satu hal yang sering luput, yakni pergulatan batin sang tokoh utama, James Silva (Mark Wahlberg).
James bukan agen biasa. Dia pintar, cepat, dan berani mengambil keputusan. Tapi di balik semua itu, ada sisi rapuh yang bikin dia terus dihantui emosinya sendiri. Sejak kecil, James punya masalah temperamen. Ibunya sampai mengajarinya cara unik untuk meredam amarah dan itu adalah menjentikkan karet gelang di pergelangan tangan. Cara sederhana itu ternyata terus ia bawa hingga dewasa.
Di salah satu adegan, kita melihat James duduk di restoran, wajahnya tegang, lalu tiba-tiba ia jentikkan karet gelangnya. Singkat, konsisten, sekaligus ikonik. Seolah-olah ia sedang mengingatkan dirinya sendiri untuk tenang dan jangan meledak.
Namun, seperti kebanyakan orang, mengendalikan emosi ternyata tidak semudah itu. James sering kalah melawan dirinya sendiri. Ketika misi gagal, ia melampiaskan amarah ke rekan satu tim, bahkan sampai meledak tanpa kendali. Bukan hanya fisik yang lelah di medan tempur, tapi batinnya juga ikut terkuras.
Inilah yang membuat James menarik. Ia bukan hanya agen super tangguh, tapi juga manusia biasa dengan luka batin. Penelitian yang menyoroti konflik dalam film ini menyebut James kerap menggunakan strategi “kompetitif” untuk menghadapi emosinya. Melawan langsung, seakan dirinya adalah musuh yang harus ditaklukkan. Tapi seperti kita tahu, melawan diri sendiri sering kali jauh lebih sulit ketimbang melawan musuh bersenjata.
Melihat James Silva bisa bikin kita bercermin. Bukankah dalam hidup sehari-hari, kita juga sering berhadapan dengan “konflik internal”? Entah saat menahan marah pada orang dekat, melawan rasa kecewa, atau menekan ego demi orang lain. Bedanya, kita mungkin tidak berada di bawah desingan peluru tapi perjuangan melawan diri sendiri dan situasi politik yang sama beratnya.