Can You Die of a Broken Heart? Fakta Ilmiah di Balik Luka Emosional yang Terlalu Dalam

Ketika hati runtuh, luka tak selalu tampak di permukaan
Sumber :
  • Sumber: https://www.freepik.com/free-ai-image/portrait-broken-hearted-person_144447728.htm#fromView=search&page=1&position=45&uuid=02ed644a-a302-4873-81fc-b8c7d5418ccc&query=sad+broken+heart

Lifestyle, VIVA BaliSelama ini kita mengira bahwa "mati karena patah hati" hanyalah kiasan puitis dalam lagu atau film drama. Namun, dunia medis punya fakta yang tak kalah mengejutkan, patah hati memang bisa membunuh. Secara harfiah, kondisi ini dikenal dengan nama Broken Heart Syndrome, atau dalam istilah medisnya Takotsubo Cardiomyopathy. Sebuah kondisi jantung akut yang muncul akibat stres emosional yang sangat dalam, seperti ditinggal mati oleh pasangan, perceraian, atau pengkhianatan.

Kenapa Perempuan Hebat Masih Gagal Punya Semuanya di Era Modern?

Kondisi ini bukan sekadar “merasa sedih”. Penderita broken heart syndrome mengalami gejala yang sangat mirip dengan serangan jantung, seperti nyeri dada hebat dan sesak napas. Namun, ketika diperiksa, tidak ditemukan sumbatan pada arteri jantung sebagaimana lazimnya pada serangan jantung konvensional. Dalam banyak kasus, pemicu utamanya adalah lonjakan hormon stres seperti adrenalin, yang memengaruhi kontraksi otot jantung dan menyebabkan bilik kiri jantung membengkak serta melemah secara tiba-tiba.

Uniknya, bentuk jantung penderita yang terkena sindrom ini mirip dengan bentuk perangkap gurita tradisional Jepang yang disebut takotsubo. Itulah asal nama medisnya. Dan meskipun terdengar langka, kondisi ini jauh lebih umum daripada yang kita kira, terutama pada perempuan usia 50 tahun ke atas. Studi yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine mencatat bahwa sekitar 90% kasus terjadi pada perempuan, biasanya setelah mengalami kejadian traumatis yang bersifat emosional.

Jatiluwih, Keindahan yang Diakui Dunia

Gejala broken heart syndrome bisa muncul dalam hitungan menit atau jam setelah peristiwa menyedihkan. Otak yang menerima sinyal stres berat langsung memerintahkan tubuh untuk memproduksi hormon darurat, seperti kortisol dan adrenalin, dalam jumlah besar. Efeknya sangat dahsyat: pembuluh darah menyempit, tekanan darah melonjak, dan jantung melemah mendadak. Inilah alasan kenapa emosi yang tidak terkelola bisa berubah menjadi ancaman fisik yang nyata.

Meskipun kondisi ini biasanya bersifat sementara dan bisa pulih dalam hitungan minggu, broken heart syndrome tetap bisa berakibat fatal bila tidak ditangani segera. Terutama pada orang dengan riwayat penyakit jantung, atau jika serangan terjadi bersamaan dengan tekanan darah tinggi atau aritmia.

Mengapa Bau Tanah Setelah Hujan itu Menenangkan?

Salah satu kisah nyata yang kerap dikaitkan dengan kondisi ini adalah cerita pasangan lansia yang telah menikah puluhan tahun. Ketika sang suami meninggal dunia, sang istri yang sehat dan bugar tiba-tiba meninggal dua hari kemudian karena gagal jantung. Banyak dokter menyebut fenomena ini sebagai “kematian karena duka mendalam”.

Untungnya, dengan penanganan yang tepat, penderita broken heart syndrome dapat sembuh total. Terapi biasanya melibatkan obat pengontrol tekanan darah, beta-blocker, serta pendekatan psikologis seperti terapi trauma atau konseling. Namun pencegahan tetap lebih baik. Mengelola stres emosional dengan cara sehat melalui meditasi, journaling, atau dukungan sosial menjadi langkah penting agar emosi tidak merusak tubuh kita secara perlahan.

Halaman Selanjutnya
img_title