Gaya Hidup Konsumtif Bikin Bangkrut Diam-diam? Cek Tandanya di Sini!
- https://www.freepik.com/free-photo/portrait
Solusi yang direkomendasikan adalah belajar memilih nilai jangka panjang dibanding validasi sesaat. Kamu bisa mulai dengan mempertanyakan, apakah barang ini akan berguna dalam 5 tahun ke depan, atau hanya akan jadi ajang pamer satu minggu?
3. Barang Banyak Tapi Tetap Nggak Puas
Beberapa jurnal psikologi menunjukkan bahwa materialisme memiliki hubungan negatif dengan rasa syukur dan kepuasan hidup. Semakin banyak kamu menggantungkan kebahagiaan pada barang, semakin sulit kamu merasa cukup. Praktik seperti gratitude journaling terbukti bisa meningkatkan kesadaran emosional dan mengurangi dorongan untuk belanja emosional.
Literatur juga menunjukkan bahwa emotional spending sering berasal dari rendahnya kecerdasan emosional. Dengan membangun kesadaran diri lewat journaling, kamu bisa mulai mengisi kekosongan emosional tanpa harus mengisi keranjang belanja.
4. Bad Mood = Buka E-Commerce
Fenomena ini dikenal luas sebagai retail therapy, yakni belanja untuk memperbaiki suasana hati. Sayangnya, klaim bahwa belanja bisa menyembuhkan luka bersifat maladaptif. Penelitian menunjukkan bahwa retail therapy hanya memberi kenyamanan sementara, dan bahkan bisa memperparah kondisi emosional dalam jangka panjang.
Pendekatan yang lebih sehat dan efektif adalah mengalihkan stres ke aktivitas non-finansial seperti journaling, olahraga ringan, membuat kerajinan tangan, atau sekadar istirahat dari layar. Aktivitas-aktivitas ini membantu menyalurkan emosi tanpa harus mengorbankan isi dompet.