Desa Bali Aga Bangli Pertahankan Tradisi Tertua Bali di Tengah Modernisasi

Kearifan Lokal Desa Bali Aga
Sumber :
  • https://www.sejarahbali.com/public/uploads/berita/Berita_251704020414_mengenal-lebih-dekat-8-desa-bali-aga-sejarah-hingga-tradisi.webp

Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, desa-desa Bali Aga di Kabupaten Bangli tetap mempertahankan tradisi leluhur yang telah diwariskan selama berabad-abad. Bali Aga, yang berarti "Bali Mula" atau Bali asli, merujuk pada masyarakat adat yang hidup sebelum datangnya pengaruh kerajaan Hindu Majapahit ke Bali.

Penglipuran dan Trunyan, Simbol Kuat Kearifan Lokal

3 Makanan Khas Bali yang Sarat Makna Spiritual dan Filosofi Hidup

Desa Penglipuran di Kecamatan Bangli dikenal luas sebagai desa wisata dengan konsep tata ruang tradisional yang masih terjaga rapi. Rumah-rumah penduduk dibangun dengan gaya arsitektur khas, jalan utama desa tetap bersih tanpa kendaraan bermotor, serta warganya memegang erat aturan adat dalam kehidupan sehari-hari. Desa ini bahkan dinobatkan sebagai salah satu desa terbersih di dunia.

Sementara itu, Desa Trunyan di Kecamatan Kintamani memiliki tradisi pemakaman unik di mana jenazah tidak dikubur, melainkan diletakkan di bawah pohon taru menyan yang dapat menetralisir bau. Ritual ini tetap dilakukan oleh warga Trunyan sebagai bagian dari ajaran leluhur yang masih dijalankan hingga kini.

62 Desa Bali Aga, Pusat Warisan Tak Benda

Tradisi Omed-Omedan, Ciuman Massal yang Jadi Daya Tarik Unik di Bali

Tercatat ada sekitar 62 desa Bali Aga di Bali, sebagian besar tersebar di Kabupaten Bangli dan Karangasem. Setiap desa memiliki kekhasan budaya, bahasa, sistem hukum adat (perarem dan awig-awig), hingga ritual keagamaan yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya.

Menurut data dari Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, desa-desa ini merupakan pusat pelestarian budaya tak benda seperti nyanyian sakral, tarian, dan upacara kuno. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah menjaga kelestarian budaya di tengah minat generasi muda yang mulai beralih ke gaya hidup modern.

Digitalisasi yang Bersahabat dengan Adat

Ruwatan Rambut Gimbal, Warisan Budaya Dieng yang Sarat Filosofi dari Leluhur

Sejumlah inisiatif dilakukan oleh pemerintah daerah dan tokoh adat untuk mengimbangi perkembangan teknologi. Salah satunya adalah program digitalisasi arsip budaya Bali Aga yang disimpan dalam bentuk audio visual. Tujuannya agar anak muda tetap bisa mengakses ajaran leluhur dengan pendekatan yang lebih modern.

Beberapa desa juga mulai membuka diri terhadap wisata edukatif, seperti di Desa Bayung Gede dan Sembiran. Wisatawan diajak belajar tentang sistem sosial Bali Aga, sekaligus menjaga etika agar tidak mengganggu keseimbangan spiritual desa.

Menjaga yang Tertua untuk Masa Depan

Upaya pelestarian desa Bali Aga bukan semata untuk pariwisata, melainkan sebagai bentuk penghormatan terhadap akar budaya Bali itu sendiri. Tradisi-tradisi ini menjadi pengingat bahwa di balik gemerlapnya Bali modern, terdapat kearifan lokal yang menjadi penopang identitas Pulau Dewata.

Sebagaimana dikutip dari laman Babad Bali, Bali Aga adalah potret nyata dari masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam, spiritualitas, dan hukum adat, tanpa kehilangan jati diri mereka.