Kenapa Ayam Pop Selalu Ada di Restoran Padang? Ini Jawabannya

Alasan Ayam Pop Selalu Favorit
Sumber :
  • https://www.tripadvisor.co.id/LocationPhotoDirectLink-g608501-d1189446-i259629085-Pagi_Sore-Palembang_South_Sumatra_Sumatra.html

Lifestyle, VIVA Bali – Ayam pop tampil sederhana, pucat, dan tanpa rempah tebal. Tapi kenapa justru menu ini selalu ada di restoran Padang? Ternyata, ada alasan kuat di balik kehadirannya yang tak tergoyahkan.

5 Makanan Indonesia yang Ternyata Mirip dengan Makanan Malaysia

Kalau kamu pernah makan di restoran Padang, pasti kenal sama si ayam pucat yang tampaknya nggak ikut pesta bumbu, ayam pop!

Meskipun nggak pedas, nggak bersaus merah atau kuning, tapi entah kenapa menu satu ini selalu nongol di antara deretan lauk rendang, dendeng, atau gulai yang tampil menggoda.

Apakah Cita-cita Perempuan Harus Terhenti Saat Menjadi Ibu Rumah Tangga?

Uniknya, walau tampilannya sederhana dan polos, ayam pop selalu punya tempat istimewa di hati pecinta masakan Minang. Lalu, apa sebenarnya yang bikin menu ini wajib ada di hampir setiap rumah makan Padang?

Mari kita kulik jawabannya. Siapkan nasi hangat, karena bahasannya dijamin bikin perut keroncongan!

Asal Usul Ayam Pop

Lebih Baik Bertahan Demi Anak atau Berpisah Demi Kewarasan?

Di tengah gemerlap racikan rempah-rempah khas Minangkabau yang biasanya pekat dan menggigit, ayam pop justru hadir sebagai pengecualian. Ia tampil kalem, tanpa warna merah menyala atau kuah santan kental.

Warnanya putih pucat, seolah diam-diam mencuri perhatian dari kejauhan. Tapi jangan salah, justru dari kesederhanaannya itulah letak kekuatannya.

Cara memasaknya pun berbeda dari kebanyakan ayam goreng. Daging ayam direbus terlebih dahulu dalam air kelapa bersama bawang putih, daun salam, lengkuas, dan sedikit garam.

Teknik ini bukan hanya membuat daging ayam lebih empuk dan juicy, tapi juga menyerapkan aroma kelapa yang khas ke dalam serat dagingnya. Setelah itu, ayam digoreng sebentar, hanya cukup untuk mengunci rasa dan memberikan sedikit karamelisasi di permukaannya.

Hasil akhirnya? Ayam yang super lembut, gurih ringan, dan tetap beraroma harum. Nggak heran kalau banyak orang menyebut ayam pop sebagai “versi elegan” dari ayam goreng.

Biasanya, ia disajikan bersama sambal merah tomat yang pedas-manis dan daun singkong rebus, kombinasi yang kelihatannya sederhana, tapi rasanya luar biasa.

Menurut penjelasan Irzam Zamzami dalam bukunya “Kuliner Minang: Tradisi, Sejarah dan Rasa” (Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumbar, 2017), ayam pop pertama kali diperkenalkan di Bukittinggi.

Hidangan ini lahir sebagai variasi dari ayam balado yang lebih ringan dan ramah di lidah semua kalangan.

Karena keunggulannya dalam rasa dan tampilannya yang beda, ayam pop dengan cepat mendapat tempat di hati masyarakat dan menyebar ke berbagai daerah melalui jaringan restoran Padang.

Meski tergolong menu tradisional, ayam pop cukup fleksibel untuk dimodifikasi. Beberapa restoran menambahkan santan encer untuk rasa lebih creamy. Ada juga versi berkuah seperti opor Minang, bahkan yang disajikan dengan sambal ijo atau sambal matah untuk pelanggan yang suka eksperimen rasa.

Dalam buku "Inovasi Masakan Tradisional Berbasis Lokal" terbitan Balitbang Kementerian Pariwisata (2020), ayam pop disebut sebagai contoh menu lokal yang bisa beradaptasi dengan tren modern tanpa kehilangan identitas budaya. Ia tetap jadi favorit, meski tampilannya tak berubah banyak sejak zaman dahulu.

Bukan Sekedar Lauk

Ayam pop punya tempat khusus di hati pengunjung restoran Padang.

Nah, berikut alasan kenapa menu ini hampir selalu tersedia:

1. Penyeimbang Rasa dalam Menu Padang

Mayoritas masakan Minang punya cita rasa kuat, pedas, bersantan, dan penuh rempah. Ayam pop hadir sebagai penyeimbang.

Rasanya yang netral bikin lidah beristirahat sejenak sebelum berhadapan lagi dengan gulai atau sambal lado mudo.

Dari segi estetika pun, ayam pop jadi kontras menarik di antara lautan lauk berwarna pekat.

2. Menu Aman untuk Semua Kalangan

Nggak semua orang tahan pedas. Anak kecil, lansia, atau pelanggan yang baru kenalan dengan masakan Minang biasanya cari rasa yang nggak terlalu tajam. Nah, ayam pop adalah jawabannya.

Dalam penelitian Nofita Sari dari Universitas Negeri Padang (2018), disebutkan bahwa ayam pop jadi salah satu menu yang mampu menjangkau segmen pelanggan lebih luas tanpa harus merombak dapur restoran.

3. Mudah Disiapkan dan Tahan Lama

Dari sisi operasional dapur, ayam pop adalah menu yang efisien. Bisa dibuat dalam jumlah besar, disimpan di lemari pendingin, dan cukup digoreng kilat saat akan disajikan.

Ini artinya hemat tenaga, hemat waktu, dan tetap lezat. Nggak heran kalau para pemilik rumah makan selalu menjadikannya stok wajib.

4. Punya Daya Tarik Visual

Dari kaca etalase restoran Padang, ayam pop langsung terlihat menonjol karena warnanya yang pucat. 

Di tengah gulai kuning dan rendang cokelat gelap, ayam pop tampak seperti “lauk kalem” yang mengundang penasaran. Strategi visual ini ampuh menarik perhatian pembeli, apalagi yang belum pernah coba.