Tidur Cukup Tapi Masih Lelah? Mungkin Otakmu Butuh Rehat Emosional

Capeknya bukan di badan, tapi di pikiran
Sumber :
  • https://pixabay.com/illustrations/office-worker-tired-stress-fatigue-9200134/

Berbicara dengan orang yang dipercaya atau profesional, tanpa takut dihakimi.

Menelusuri Fenomena Toxic Productivity, Mengapa Kita Selalu Ingin Sibuk?

Di tengah budaya produktivitas tinggi, seringkali istirahat dianggap sebagai bentuk kemalasan. Padahal, otak dan perasaan kita juga punya batasnya. Jika terus dipaksa aktif tanpa ruang untuk bernapas, yang muncul bukanlah keberhasilan, tapi justru penurunan kualitas hidup.

Menurut data Riskesdas, sekitar 9,8 % penduduk usia ≥ 15 tahun mengalami gangguan emosional seperti depresi dan kecemasan—setara dengan 11 juta orang. Di beberapa provinsi, seperti Sulawesi Selatan dan Gorontalo, prevalensi bahkan melebihi rerata nasional, menunjukkan bahwa isu kesehatan mental di kalangan usia produktif memang cukup serius.

Uang dari Konten itu Gaji Ads, Endorse, atau Jualan Sendiri?

Jadi, kalau kamu merasa tetap lelah meski sudah tidur cukup, jangan buru-buru menyalahkan pola tidur. Mungkin bukan tubuhmu yang lelah, tapi jiwamu yang sedang minta jeda. Tidur bisa memejamkan mata, tapi rehat emosional yang menyembuhkan rasa.

Sudahkah kamu memberi otakmu ruang untuk diam dan bernapas hari ini?

Album Baru Justin Bieber ‘SWAG’ Langsung Kuasai Tangga Lagu Billboard