Sejarah Kue Cubit, Jajanan Betawi Yang Tak Lekang Waktu dan Cara Mudah Buatnya
- https://pin.it/3Lssdx623
Lifestyle, VIVA Bali – Dalam khasanah kuliner Betawi, jajanan tradisional memegang tempat istimewa. Tak sekadar soal rasa, di balik sepotong kue tersimpan jejak sejarah panjang yang merupakan hasil percampuran budaya. Meski kini popularitasnya tergeser oleh aneka camilan modern, kehadiran kue-kue lawas seperti kue cubit tetap mampu membangkitkan kerinduan akan masa lalu. Kue mungil ini masih sering dijumpai di berbagai sudut kota, terutama di kawasan yang kental akan nuansa Betawi.
Sejarah Kue Cubit Jajanan Betawi
Kue cubit dikenal sebagai salah satu kuliner otentik Betawi. Biasanya dijajakan oleh pedagang kaki lima menggunakan gerobak kecil, kue ini digemari oleh berbagai kalangan usia karena rasa manis-gurihnya yang khas. Ukurannya pun cukup unik, hanya sekitar empat sentimeter diameternya, kecil dan pas untuk sekali lahap.
Jika dulu hanya disajikan dengan taburan cokelat meses, kini kue cubit telah mengalami banyak modifikasi. Berbagai topping kekinian seperti greentea, keju parut, tiramisu, red velvet, hingga serpihan KitKat turut memperkaya rasa dan tampilannya, tanpa menghilangkan cita rasa dasarnya.
Asal-Usul Nama yang Masih Misteri
Menariknya, asal nama "kue cubit" sendiri belum diketahui secara pasti. Namun, banyak yang percaya bahwa penamaannya berasal dari proses pembuatannya. Saat matang di cetakan bundar, kue ini diambil dengan alat penjepit, dan cara pengambilan tersebut tampak seperti "mencubit", sehingga jadilah ia dikenal sebagai kue cubit.
Jejak Warisan dari Belanda
Tak banyak yang tahu, ternyata kue cubit memiliki akar dari kuliner Belanda. Semasa penjajahan, pengaruh budaya kuliner dari Negeri Kincir Angin masuk dan melebur dengan tradisi lokal. Salah satu camilan khas Belanda bernama poffertjes diyakini sebagai nenek moyang dari kue cubit yang kita kenal sekarang.
Sama halnya dengan kue lain seperti kastengel, kroket, atau lapis legit, kue cubit adalah bagian dari hasil persilangan budaya masa kolonial. Meski telah mengalami banyak penyesuaian sesuai selera lokal, rasa dan bentuknya tetap menjadi pengingat akan sejarah panjang yang pernah terjadi di tanah Nusantara.
Cara Mudah Membuat Kue Cubit
Alat :
- Mangkuk besar untuk adonan
- Wisk atau garpu
- Sendok takar
- Cetakan kue cubit (bisa pakai teflon kecil juga)
- Sutil kecil atau tusuk sate
Bahan :
- 150 Gram tepung terigu
- 100 Gram gula pasir
- 1 Butir telur
- ½ Sendok teh vanili
- ½ Sendok teh baking powder
- ½ Sendok teh soda kue (opsional tapi bantu mengembang)
- 200 Ml susu cair (bisa ganti air kalau mau lebih hemat)
- 2 Sendok makan margarin, lelehkan
Topping (sesuai selera) :
- Meses
- Keju parut
- Cokelat batang dipotong kecil
Cara Membuat:
1. Campur Bahan Kering
Ayak tepung, baking powder, soda kue, dan vanili dalam mangkuk.
2. Kocok Gula & Telur
Di wadah lain, aduk telur dan gula pakai wisk sampai gula larut dan adonan sedikit berbusa.
3. Gabungkan Semua
Masukkan campuran tepung sedikit demi sedikit ke adonan telur. Tambahkan susu secara bertahap sambil diaduk rata. Terakhir, masukkan margarin cair, aduk hingga halus.
4. Diamkan Adonan
Tutup adonan dan biarkan sekitar 15–20 menit agar lebih mengembang saat dimasak.
5. Panggang di Cetakan
Panaskan cetakan, oles tipis dengan margarin. Tuang adonan hingga ¾ cetakan. Tambahkan topping di atasnya. Masak dengan api kecil hingga permukaan mulai kering tapi bagian dalam masih lembut.
6. Angkat dan Sajikan Hangat
Gunakan tusuk sate untuk mengangkat. Kue cubit siap dinikmati.
Tips :
- Pakai susu full cream untuk rasa lebih gurih.
- Kalau suka lumer, angkat saat bagian tengah masih agak basah.
- Bisa tambahkan pewarna makanan (hijau, merah muda) biar lebih menarik.