Kecanduan Judi Online? Bisa Jadi Bukan Masalah Uang, Tapi Luka Batin!
- https://www.pexels.com/photo/young-man-smoking-and-using-smartphone-at-night-32938828/
Dengan kata lain, abstinensi bukanlah ukuran utama kesembuhan, melainkan harus disertai perubahan perilaku secara menyeluruh dan pemulihan psikologis dari dalam.
Tak hanya berdampak pada pelaku, kecanduan akibat trauma ini juga bisa menyebabkan trauma sekunder pada orang-orang terdekat. Keluarga, pasangan, bahkan anak-anak bisa ikut terluka karena menjadi saksi dari perilaku destruktif yang ditimbulkan oleh kecanduan tersebut.
“Ada yang kita sebut secondary trauma. Orang di sekitar ikut terdampak. Misalnya, keluarga jadi sangat sensitif dan marah hanya dengan melihat konten judi, karena pernah disakiti oleh pengalaman yang sama,” terang Jiemi.
Kecanduan, kata Jiemi, bukan sekadar kelemahan moral atau kurang disiplin. Ia adalah refleksi dari luka terdalam yang belum diobati, dan karena itu perlu ditangani secara profesional. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keluarga dan lingkungan sosial.
“Ini soal menyembuhkan diri, dan menyadari bahwa luka kita bisa menular. Itu sebabnya kita harus mulai dari kesadaran dan mencari bantuan yang tepat,” tutupnya.
Judi online bukan hanya masalah ekonomi atau hukum, ia bisa menjadi gejala dari trauma yang belum selesai. Menyembuhkan kecanduan bukan hanya soal berhenti, tapi juga menata ulang luka batin yang selama ini tersembunyi.
Jika kita ingin membantu orang terdekat yang terjebak dalam lingkaran ini, mungkin sudah waktunya untuk melihat lebih dalam: bukan hanya apa yang mereka lakukan, tapi mengapa mereka melakukannya.