Bisnis Seaweed Farming Bali, Peluang Ekspor dan Tantangan Perubahan Iklim bagi Petani Nusapenida

memanen rumput laut dalam keseimbangan antara tradisi dan inovasi
Sumber :
  • https://mongabay.co.id/wp-content/uploads/2017/05/Petani-rumput-laut-di-Nusa-Penida-menghadapi-tantangan-rebutan-ruang-di-tengah-ancaman-pariwisata-1.jpg

Lifestyle, VIVA Bali – Seaweed farming (budidaya rumput laut) telah menjadi salah satu pilar ekonomi pesisir di Bali, terutama di pulau penyanggah seperti Nusa Penida. Selain sebagai alternatif penghasilan saat pariwisata terpukul, komoditas ini juga memiliki prospek ekspor yang menjanjikan. Namun, perubahan iklim membawa tantangan baru yang memaksa petani beradaptasi cepat.

1. Peluang Ekspor Rumput Laut Bali

Nyalakan Gairahmu, Playlist Rahasia untuk Momen Intim

Dari udara, lahan budidaya rumput laut membentuk mosaik hijau-biru

Photo :
  • https://finnsbeachclub.com/wp-content/uploads/2024/04/nusa-lembongan-one-of-the-islands-main-sources-2024-03-14-08-59-23-utc-scaled.jpg

Bali telah lama dikenal sebagai produsen rumput laut unggulan. Menurut The Bali Sun, pada Sensus Pertanian 2023 tercatat lebih dari 15 juta ton rumput laut dihasilkan oleh 1.066 petani di seluruh Bali. Produk rumput laut kering ini banyak diekspor ke pasar Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan sebagai bahan baku agar‑agar, sushi wrap, hingga kosmetik.

Pasar Utama dan Harga

Keluarga di TV, Menguak Alasan di Balik Dominasi Iklan

1. Tiongkok & Jepang: Pionir impor rumput laut kering untuk industri food‑service, harga kisaran USD 400–600 per ton.

2. Eropa: Permintaan rumput laut organik untuk suplemen kesehatan meningkat 12% per tahun.

Beras Bebas Kutu? Coba Tips Sederhana Ini

3. Produk Turunan: Dalam beberapa tahun terakhir, Bali mulai mengekspor carrageenan (ekstrak gelatin rumput laut) ke pabrik farmasi dan food‑tech, dengan harga premium mencapai USD 2.000 per ton.

Faktor Penopang Ekspor

Halaman Selanjutnya
img_title