Mitos dan Fakta Makan Cabai antara Pedas, Sehat, dan Salah Kaprah
- https://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-lihat/1199-bahaya-too-multiple-konssumption-food-pedas
Lifestyle, VIVA Bali –Cabai, benda mungil berwarna merah menyala atau hijau terang ini bisa jadi sahabat terbaik bagi pencinta kuliner pedas. Tak heran, sebagian besar masakan Indonesia tak lengkap tanpa kehadiran sambal.
Dari Sabang sampai Merauke, budaya makan kita tak pernah jauh dari rasa pedas yang membakar lidah dan kadang juga hati. Tapi, di balik popularitasnya, cabai juga dikelilingi oleh berbagai mitos yang telah bertahan lintas generasi.
Ada yang bilang makan cabai bikin maag, ada pula yang percaya pedas bisa membakar lemak. Di sisi lain, sebagian orang takut makan cabai karena katanya bisa merusak pencernaan atau bahkan menyebabkan wasir. Pertanyaannya, mana yang benar dan mana yang hanya sekadar cerita lama tanpa dasar ilmiah? Yuk, kita bahas tuntas!
1. Makan Cabai Bisa Menyebabkan Maag, Mitos Lama yang Sulit Hilang
Banyak orang mungkin termasuk anda yang menghindari cabai saat lambung sedang bermasalah. Katanya, makanan pedas bisa memicu kambuhnya maag atau tukak lambung. Tapi tahukah anda, penelitian medis justru menunjukkan hasil sebaliknya?
Zat utama dalam cabai yang memberi sensasi pedas, yaitu capsaicin, ternyata memiliki efek protektif terhadap lambung. Sebuah studi yang diterbitkan di Digestive Diseases and Sciences (2006) menyatakan bahwa capsaicin justru mampu menurunkan produksi asam lambung dan merangsang produksi mukus pelindung pada dinding lambung.
Artinya, selama dikonsumsi dalam porsi wajar, cabai tidak menyebabkan maag. Yang lebih penting adalah mengenali pemicu maag anda masing-masing karena pada dasarnya, respons tubuh tiap orang berbeda. Jadi, kalau anda tidak merasa terganggu, tak perlu menghindari sambal di piring Anda.