Literasi Digital Bukan Sekadar Baca! Ini Cara Jadi Pengguna Cerdas
- https://www.freepik.com/free-photo/young-couple-relax-living-room_3398405.htm
Lifestyle, VIVA Bali – Di era serba digital ini, banyaknya informasi membuat kita harus lebih cerdas memilah mana yang akurat dan mana yang palsu. Literasi informasi bukan hanya soal tahu membaca, tapi juga kemampuan kritis mengecek kredibilitas, sumber, dan motif penyebar. Berikut cara menjadi lebih pintar dalam mengelola informasi di dunia digital.
1. Pahami Literasi Informasi
Menurut Heriyanto dari FIB Undip, literasi informasi berarti kemampuan untuk memahami, memilah, dan membandingkan informasi dari berbagai format, seperti teks, gambar, dan audio. Hal ini juga mengharuskan kita mengenali siapa penulis asalnya, media yang digunakan, dan tujuan penyebaran apakah informatif, komersial, atau politis.
2. Lawan Hoaks lewat Open Access
Gerakan open access di kampus mempermudah akses jurnal dan data ilmiah tanpa biaya. Dengan data tepercaya ini, masyarakat bisa melakukan verifikasi fakta secara mandiri, jauh dari kabar palsu yang beredar gratis tanpa dasar nyata
3. Bahaya Akses Internet Publik
Studi dari La Trobe menunjukkan bahwa pembuat hoaks sering memanfaatkan algoritma platform agar konten mereka menyebar cepat, bahkan digunakan untuk menekan oposisi politik. Sebagai netizen cerdas, kita harus curiga tiap kali menemukan informasi viral tanpa sumber jelas.
4. Strategi Tingkatkan Literasi Informasi
Untuk melindungi diri dari hoaks, lakukan hal berikut:
1) Tanya “siapa dan dari mana?” Selalu verifikasi identitas penulis dan sumber berita.
2) Bandingkan dengan sumber lain dan cek ulang ke situs jurnal gratis atau institusi resmi.
3) Pahami konteks, jangan langsung percaya judul sensational tanpa baca lengkap.
4) Gunakan tools cek fakta, seperti Mafindo, TurnBackHoax, atau Snopes.
5) Pahami privasi dan keamanan digital. Hindari membagikan data pribadi secara sembarangan online
Literasi informasi adalah kemampuan yang sangat penting di era digital. Kemampuan ini membantu kita menjadi pengguna internet yang kritis, teliti, dan bertanggung jawab. Dengan memahami konteks, memanfaatkan open access, serta aktif memverifikasi data, kita bisa menangkis hoaks dan mendorong kultur media yang lebih sehat.