Kalimat Sederhana Ini Bisa Hancurkan Mental Anak, Orang Tua Wajib Tahu
- https://www.freepik.com/free-photo/young-child-receiving-emotional-abuse-from-parent-home_39427870.htm
Lifestyle, VIVA Bali – Ternyata kalimat yang sering kita ucapkan sehari-hari tanpa sadar bisa jadi bumerang yang menghancurkan mental anak hingga mereka dewasa. Para psikolog sampai mengeluarkan peringatan keras tentang dampak jangka panjang dari ucapan "sepele" ini. Yuk, cek apakah kamu juga sering mengucapkannya!
"Kamu Tidak Bisa" Si Pembunuh Kepercayaan Diri
Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi dari KlikDokter, kalimat ini mengecilkan kemampuan anak. Pada akhirnya, mereka bisa jadi tidak percaya diri atau berbuat curang saat mengalami kesulitan.
Alih-alih melontarkan kalimat tersebut, lebih baik katakan: "Kamu pasti bisa mengerjakan soal itu. Lain kali, lebih teliti, ya."
Dampak Jangka Panjang:
- Anak jadi tidak berani ambil risiko
- Menghindari tantangan baru
- Mudah menyerah saat menghadapi masalah
- Tidak percaya pada kemampuan sendiri
"Jangan Menangis" Penekan Emosi Berbahaya
Dilansir dari KlikDokter, kata-kata ini menurut psikolog Ikhsan, adalah buruk karena menekan emosi anak. Emosi si kecil sedang berkembang. Kalau ditekan dengan kalimat tersebut, bisa berdampak tidak baik saat mereka dewasa.
Yang Seharusnya Dikatakan: "Ada apa? Kenapa kamu menangis?" (dengan nada lembut)
Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat anak mengomunikasikan apa masalahnya. Orang tua pun dapat menemukan cara untuk membantu menyelesaikannya.
"Kamu Bodoh/Tidak Berguna" Perusak Harga Diri
Menurut Beautynesia yang mengutip ahli psikologi, perkataan kasar seperti "kamu bodoh", "tidak berguna", "pecundang", atau "kamu tidak akan sukses" akan merusak harga diri anak secara permanen.
Efek Psikologis:
- Anak kehilangan rasa berharga
- Sulit membangun kepercayaan diri di masa depan
- Mudah tersinggung dan defensif
- Berisiko mengalami depresi saat dewasa
"Lihat Tuh Si X, Dia Lebih Pintar dari Kamu"
Dilansir dari KlikDokter, kata-kata membandingkan ini paling sering dilakukan orangtua. Banyak ortu yang tidak terima kalau anaknya "kalah" dari anak lain. Padahal, setiap anak punya kemampuan dan bakat masing-masing.
Dampak Destruktif:
- Memicu sibling rivalry yang tidak sehat
- Anak jadi iri dan dengki
- Menurunkan rasa percaya diri
- Merusak hubungan dengan saudara
"Mama/Papa Pergi Tinggalin Kamu"
Menurut Beautynesia, ancaman untuk ditinggalkan sering diucapkan membuat anak takut menghilangkan perasaan dilindungi dan ia akan merasa kehilangan orang tua sebagai pusat rasa aman.
Trauma yang Tertanam:
- Fear of abandonment (takut ditinggalkan)
- Sulit percaya pada orang lain saat dewasa
- Cemas berpisah berlebihan
- Masalah attachment disorder
"Kamu Bikin Mama/Papa Capek"
Dilansir dari HaiBunda, kalimat seperti "Kamu membuat saya mengeluarkan banyak uang", "sulit sekali merawatmu", atau "kamu melelahkanku" membuat anak merasa kehadirannya sebagai beban bagi orangtua.
Konsekuensi Psikologis:
- Anak merasa tidak diinginkan
- Menyalahkan diri sendiri atas masalah keluarga
- Sulit mengekspresikan kebutuhan
- Berisiko people pleasing disorder
"Jangan Terlalu Dramatis"
Menurut TheAsianParent, ketika seorang anak emosional karena tidak menerima alasan atau tidak tenang, dia tidak sedang dramatis. Ucapan ini bisa membuat anak merasa perasaannya tidak valid.
Yang Terjadi Pada Anak:
- Belajar menekan emosi
- Sulit mengekspresikan perasaan saat dewasa
- Masalah dalam hubungan interpersonal
- Berisiko gangguan mental
"Kamu Harusnya Tahu Lebih Baik"
Dilansir dari TheAsianParent, ketika orang tua mengatakan kalimat ini, mungkin berharap bisa memunculkan kesadaran untuk anak bisa berubah. Namun, kalimat ini justru bisa membuat anak-anak bersikap defensif dan merusak kepercayaan diri mereka.
Kalimat Pengganti yang Lebih Sehat
Alih-alih "Kamu Tidak Bisa"
Katakan: "Mari kita coba bersama-sama" atau "Ayo belajar cara yang benar"
Alih-alih "Jangan Menangis"
Katakan: "Mama tahu kamu sedih. Cerita dong apa yang terjadi?"
Alih-alih Membandingkan
Katakan: "Kamu unik dengan kemampuan yang spesial"
Alih-alih Mengancam Ditinggal
Katakan: "Ayo kita pulang bersama-sama"
Tips Komunikasi Positif dari Para Psikolog
Validasi Perasaan Anak
Menurut para ahli psikologi, penting untuk memvalidasi perasaan anak dengan baik. Misal, jika anak menunjukkan ekspresi ketakutan, katakan: "Mama tahu kamu ketakutan saat ini."
Ajak Anak Mencari Solusi
Dilansir dari TheAsianParent, daripada menyalahkan, ajak anak mencari solusi bersama: "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?"
Fokus pada Perilaku, Bukan Pribadi
Jangan katakan "Kamu anak nakal", tapi "Perilaku tadi tidak baik, yuk kita perbaiki"
Berikan Apresiasi Usaha
Hargai proses belajar anak, bukan hanya hasil akhirnya
Dampak Jangka Panjang Kalimat Toxic
Menurut para psikolog, kalimat-kalimat destruktif ini bisa:
- Membentuk inner child yang terluka
- Menyebabkan trauma berkepanjangan
- Mempengaruhi pola hubungan saat dewasa
- Menurunkan self-esteem seumur hidup
- Meningkatkan risiko gangguan mental
Yang Harus Dilakukan Kalau Udah Terlanjur
- Minta maaf dengan tulus kepada anak
- Jelaskan bahwa perasaan mereka valid
- Berkomitmen untuk berubah
- Cari bantuan psikolog jika perlu
- Belajar komunikasi positif
Kata-kata memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk mental anak. Yang terdengar sepele bagi kita, bisa jadi luka mendalam bagi mereka. Ingat, anak-anak lagi masa-masanya untuk dibentuk. Dengan diberikan ungkapan yang positif, mereka jadi bisa belajar kalau kesalahan yang dia lakukan wajar dan masih bisa diperbaiki.
Sebagai orang tua, kita punya tanggung jawab besar untuk memilih kata-kata yang membangun, bukan menghancurkan. Karena sekali terucap, dampaknya bisa bertahan hingga mereka dewasa nanti.