Kalimat Sederhana Ini Bisa Hancurkan Mental Anak, Orang Tua Wajib Tahu

Seorang ayah yang emosional
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/young-child-receiving-emotional-abuse-from-parent-home_39427870.htm

Lifestyle, VIVA Bali – Ternyata kalimat yang sering kita ucapkan sehari-hari tanpa sadar bisa jadi bumerang yang menghancurkan mental anak hingga mereka dewasa. Para psikolog sampai mengeluarkan peringatan keras tentang dampak jangka panjang dari ucapan "sepele" ini. Yuk, cek apakah kamu juga sering mengucapkannya!

5 Tips Ampuh Raih Nilai Terbaik Saat Ulangan

 

 

"Kamu Tidak Bisa" Si Pembunuh Kepercayaan Diri

Cara Hemat Listrik Sampai 40%, Ini dia Tips Sederhana Tapi Efektif

Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi dari KlikDokter, kalimat ini mengecilkan kemampuan anak. Pada akhirnya, mereka bisa jadi tidak percaya diri atau berbuat curang saat mengalami kesulitan.

Alih-alih melontarkan kalimat tersebut, lebih baik katakan: "Kamu pasti bisa mengerjakan soal itu. Lain kali, lebih teliti, ya."

Ibu Hamil Harus Tahu! Buah-Buahan Ini Sebaiknya Dihindari Selama Kehamilan

Dampak Jangka Panjang:

Anak jadi tidak berani ambil risiko

Menghindari tantangan baru

Mudah menyerah saat menghadapi masalah

Tidak percaya pada kemampuan sendiri

 

"Jangan Menangis" Penekan Emosi Berbahaya

Dilansir dari KlikDokter, kata-kata ini menurut psikolog Ikhsan, adalah buruk karena menekan emosi anak. Emosi si kecil sedang berkembang. Kalau ditekan dengan kalimat tersebut, bisa berdampak tidak baik saat mereka dewasa.

Yang Seharusnya Dikatakan: "Ada apa? Kenapa kamu menangis?" (dengan nada lembut)

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membuat anak mengomunikasikan apa masalahnya. Orang tua pun dapat menemukan cara untuk membantu menyelesaikannya.

 

"Kamu Bodoh/Tidak Berguna" Perusak Harga Diri

Menurut Beautynesia yang mengutip ahli psikologi, perkataan kasar seperti "kamu bodoh", "tidak berguna", "pecundang", atau "kamu tidak akan sukses" akan merusak harga diri anak secara permanen.

Efek Psikologis:

Anak kehilangan rasa berharga

Sulit membangun kepercayaan diri di masa depan

Mudah tersinggung dan defensif

Berisiko mengalami depresi saat dewasa

 

"Lihat Tuh Si X, Dia Lebih Pintar dari Kamu"

Dilansir dari KlikDokter, kata-kata membandingkan ini paling sering dilakukan orangtua. Banyak ortu yang tidak terima kalau anaknya "kalah" dari anak lain. Padahal, setiap anak punya kemampuan dan bakat masing-masing.

Dampak Destruktif:

Memicu sibling rivalry yang tidak sehat

Anak jadi iri dan dengki

Menurunkan rasa percaya diri

Merusak hubungan dengan saudara

 

"Mama/Papa Pergi Tinggalin Kamu"

Menurut Beautynesia, ancaman untuk ditinggalkan sering diucapkan membuat anak takut menghilangkan perasaan dilindungi dan ia akan merasa kehilangan orang tua sebagai pusat rasa aman.

Trauma yang Tertanam:

Fear of abandonment (takut ditinggalkan)

Sulit percaya pada orang lain saat dewasa

Cemas berpisah berlebihan

Masalah attachment disorder

 

"Kamu Bikin Mama/Papa Capek"

Dilansir dari HaiBunda, kalimat seperti "Kamu membuat saya mengeluarkan banyak uang", "sulit sekali merawatmu", atau "kamu melelahkanku" membuat anak merasa kehadirannya sebagai beban bagi orangtua.

Konsekuensi Psikologis:

Anak merasa tidak diinginkan

Menyalahkan diri sendiri atas masalah keluarga

Sulit mengekspresikan kebutuhan

Berisiko people pleasing disorder

 

"Jangan Terlalu Dramatis"

Menurut TheAsianParent, ketika seorang anak emosional karena tidak menerima alasan atau tidak tenang, dia tidak sedang dramatis. Ucapan ini bisa membuat anak merasa perasaannya tidak valid.

Yang Terjadi Pada Anak:

Belajar menekan emosi

Sulit mengekspresikan perasaan saat dewasa

Masalah dalam hubungan interpersonal

Berisiko gangguan mental

 

"Kamu Harusnya Tahu Lebih Baik"

Dilansir dari TheAsianParent, ketika orang tua mengatakan kalimat ini, mungkin berharap bisa memunculkan kesadaran untuk anak bisa berubah. Namun, kalimat ini justru bisa membuat anak-anak bersikap defensif dan merusak kepercayaan diri mereka.

Kalimat Pengganti yang Lebih Sehat

Alih-alih "Kamu Tidak Bisa"

Katakan: "Mari kita coba bersama-sama" atau "Ayo belajar cara yang benar"

Alih-alih "Jangan Menangis"

Katakan: "Mama tahu kamu sedih. Cerita dong apa yang terjadi?"

Alih-alih Membandingkan

Katakan: "Kamu unik dengan kemampuan yang spesial"

Alih-alih Mengancam Ditinggal

Katakan: "Ayo kita pulang bersama-sama"

 

Tips Komunikasi Positif dari Para Psikolog

Validasi Perasaan Anak

Menurut para ahli psikologi, penting untuk memvalidasi perasaan anak dengan baik. Misal, jika anak menunjukkan ekspresi ketakutan, katakan: "Mama tahu kamu ketakutan saat ini."

Ajak Anak Mencari Solusi

Dilansir dari TheAsianParent, daripada menyalahkan, ajak anak mencari solusi bersama: "Menurutmu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?"

 

Fokus pada Perilaku, Bukan Pribadi

Jangan katakan "Kamu anak nakal", tapi "Perilaku tadi tidak baik, yuk kita perbaiki"

Berikan Apresiasi Usaha

Hargai proses belajar anak, bukan hanya hasil akhirnya

 

Dampak Jangka Panjang Kalimat Toxic

Menurut para psikolog, kalimat-kalimat destruktif ini bisa:

Membentuk inner child yang terluka

Menyebabkan trauma berkepanjangan

Mempengaruhi pola hubungan saat dewasa

Menurunkan self-esteem seumur hidup

Meningkatkan risiko gangguan mental

 

Yang Harus Dilakukan Kalau Udah Terlanjur

Minta maaf dengan tulus kepada anak

- Jelaskan bahwa perasaan mereka valid

Berkomitmen untuk berubah

Cari bantuan psikolog jika perlu

Belajar komunikasi positif

 

Kata-kata memiliki kekuatan luar biasa dalam membentuk mental anak. Yang terdengar sepele bagi kita, bisa jadi luka mendalam bagi mereka. Ingat, anak-anak lagi masa-masanya untuk dibentuk. Dengan diberikan ungkapan yang positif, mereka jadi bisa belajar kalau kesalahan yang dia lakukan wajar dan masih bisa diperbaiki.

Sebagai orang tua, kita punya tanggung jawab besar untuk memilih kata-kata yang membangun, bukan menghancurkan. Karena sekali terucap, dampaknya bisa bertahan hingga mereka dewasa nanti.