Sate Maranggi, Kuliner Lezat yang Dianggap Bisa Tolak Bala

Sate maranggi kuliner lezat dari Jawa Barat.
Sumber :
  • https://www.bango.co.id/tipsdantrik/5-resep-sate-maranggi-sapi-yang-empuk-dan-nikmat.html

Kuliner, VIVA BaliSate maranggi menjadi salah satu kuliner terkenal di Indonesia. Sate ini merupakan salah satu varian dari sate yang ada di Indonesia.

Tips Membangun Kebiasaan Membaca Buku Setiap Hari

Sama dengan sate lainnya, sate maranggi berbahan dasar daging sapi atau domba.

Sedangkan perbedaan yang mencolok dari sate ini dibanding sate lain adalah sate maranggi tidak menggunakan bumbu kacang.

Tips Nego Gaji saat Interview Biar Nggak Salah Langkah

Legenda Sate Maranggi

Ada banyak versi asal muasal penciptaan resep sate maranggi. Salah satunya adalah pembuatan sate maranggi ini diprediksi dimulai pada 1.200 tahun yang lalu.

Darurat Sekolah Aman! 4 Strategi Ampuh Cegah Bullying sebelum Terlambat

Saat itu, di tanah Pasundan ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Galuh pada abad ke 7.

Nah, dari kerajaan inilah sate maranggi dibuat untuk pertama kali.

Namun, hidangan ini sangat sakral. Sehingga hanya disajikan dalam acara-acara tertentu. Misalnya saat ritual tolak bala atau untuk menyambut tamu kerajaan.

Tak hanya itu, sate maranggi juga dibuat untuk makanan prajurit kerajaan yang sedang berperang.

Saat perang, para pasukan kerajaan butuh makanan dengan kadar protein yang tinggi untuk melawan musuh atau penjajah.

Satu menu yang dimasak adalah sate maranggi.

Pembuatan sate ini dimulai dengan proses marinasi daging (sapi/kambing/domba) sepanjang malam.

Tujuan marinasi ini adalah agar bumbu meresap ke dalam daging. Selain lezat, kandungan gizi dan vitamin dalam daging memberi tambahan tenaga bagi pasukan.

Nama maranggi berasal dari bahasa Jawa kuno yaitu moranggi yang berarti ditusuk. Tusuk sate maranggi berasal dari pohon enau yang memiliki arti ketajaman strategi perang.

Kunci sate maranggi ada di bumbu marinasi. Bumbunya adalah bawang merah, bawang putih, jahe, gula merah/gula aren, kemiri, ketumbar, penyedap rasa, garam, air asam jawa, dan lengkuas.

Ada resep yang juga penting yang tidak dicampur dengan resep marinasi di atas, yaitu daun pepaya muda.

Daun ini berfungsi untuk membuat daging sapi menjadi lebih empuk. Karena pada zaman dahulu alat untuk membuat daging menjadi empuk.

Nah daging sapi yang akan dibuat sate dibungkus daun pepaya selama satu malam.

Untuk memanggang sate ini, dibutuhkan kayu jati atau tempurung kelapa.

Secara budaya, sate maranggi adalah simbol kesabaran karena proses masak sate ini sangat membutuhkan waktu dan kesabaran.  

Dua Versi Sate Maranggi

Saat ini, ada dua versi sate maranggi yang dikenal di masyarakat. Yaitu versi Cirebon (Jawa Barat) dan versi Purwakarta (Jawa Tengah).

Sate maranggi di Purwokerto adalah versi Banyumasan. Di Purwokerto, sate maranggi menggunakan kecap dan gula aren.

Sedangkan sate maranggi di Cinajur menggunakan sambel oncom dan ketan bakar sebagai pendamping menu utama.

Mitos Sate Maranggi

Ada sebagian masyarakat yang masih mempercayai kisah yang tak kasat mata terhadap sate maranggi ini.

Konon, sate maranggi tidak boleh dijual setelah magrib. Sate yang dipanggang siang hari dan dijual pada malam hari akan membuat arwah leluhur akan marah.

Para arwah menganggap manusia mengambil jatah sate mereka.

Mitos lainnya adalah bagi yang masih lajang dan makan sate maranggi di malam jumat sebanyak 7 tusuk, maka sepekan kemudian akan bertemu jodoh.

Kemudian, salah satu bumbu sate maranggi adalah kemiri.

Pada zaman dulu, kemiri dipercaya bisa menolak bala atau musibah dan mencegah roh jahat datang.

Sehingga ketika seseorang mengkonsumsi sate maranggi, maka dipercaya ia akan terhindar dari musibah atau tidak didekati oleh roh jahat.