Tambak Karang, Tradisi Lukisan Beras Warna-warni dalam Menyemarakkan Upacara Adat Kutai
- https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/tambak-karang-alas-ritual-dari-beras-berwarna
Budaya, VIVA Bali –Kalimantan Timur memiliki tradisi budaya unik yang memperkaya perhelatan tahunan Festival Erau, yaitu tambak karang. Tradisi ini berupa lukisan berwarna-warni yang disusun dari beras, berfungsi sebagai alas dalam berbagai ritual sakral. Beras yang telah diberi warna disusun membentuk motif khusus, masing-masing memiliki makna simbolis dan fungsi tertentu. Tambak karang tidak hanya memperindah prosesi, tetapi juga menjadi representasi nilai spiritual masyarakat Kutai (indonesiakaya.com).
Pembuatan tambak karang, dilansir dari budaya-indonesia.org, dahulu hanya dapat dilakukan oleh abdi keraton dengan keterampilan khusus yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap motif dibuat dengan penuh kehati-hatian karena memerlukan keahlian tinggi. Namun, seiring perkembangan zaman, pembuatan tambak karang kini sering dibantu dengan pola atau cetakan. Meski demikian, nilai tradisi dan kesakralannya tetap dipertahankan.
Tambak karang hadir dalam berbagai ritual penting Festival Erau. Pada ritual mendirikan tiang ayu, tambak karang bermotif empat naga dan seluang emas digunakan sebagai alas kasur kuning tempat bersemayamnya Sangkoh Piatu. Pada moncong tiap naga diletakkan dua buah pisang yang melambangkan taring, sedangkan di antaranya terdapat telur ayam kampung putih yang menyimbolkan kemala atau batu pusaka. Sementara itu, pada ritual beluluh, tambak karang dijadikan alas balai bambu dengan jumlah tiang berbeda sesuai status orang yang duduk di atasnya. Setelah prosesi selesai, beras warna-warni dari tambak karang diperebutkan masyarakat karena dipercaya membawa keberkahan dan keberuntungan (indonesiakaya.com).
Secara garis besar, terdapat berbagai jenis motif tambak karang, antara lain lembu suana, karang genta, karang dungkul, karang indra geni, karang terate, karang daulan, dan karang paoh (indonesiakaya.com). Pada ritual menyisik lembu suana yang dilaksanakan pada malam ketujuh Festival Erau, digunakan tambak karang dengan motif lembu suana yang dibuat dari 37 jenis warna. Saat prosesi berlangsung, kerabat Kesultanan dan tamu undangan melemparkan uang ke arah gambar sambil menghaturkan doa dan harapan. Uang yang terkumpul kemudian diberikan kepada para dewa (wanita pengabdi ritual) dan belian (pria pengabdi ritual) yang memimpin jalannya upacara.
Selain sarat makna, tambak karang juga mencerminkan kreativitas seni masyarakat Kutai. Penggunaan beras berwarna-warni dalam jumlah besar, menunjukkan kerumitan sekaligus keindahan seni tradisional ini. Setiap susunan warna dan bentuk tidak dibuat secara sembarangan, melainkan memiliki aturan serta simbol tertentu yang telah diwariskan secara turun-temurun. Hingga kini, tambak karang tetap menjadi simbol penting dalam Festival Erau di Kutai Kartanegara. Tradisi ini bukan hanya sekadar karya seni hiasan, melainkan juga wujud kearifan lokal yang sarat makna spiritual dan sosial. Keberadaannya menjadikan Festival Erau semakin istimewa, sekaligus memperlihatkan kekayaan budaya masyarakat Kutai yang terus hidup di tengah modernisasi.