Ngaben, Ritual Sakral Hindu Bali yang Menyimpan Nilai Kehidupan dan Tantangan Modern

Prosesi Ngaben orang Hindu di Bali
Sumber :
  • https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ngaben

Seiring masuknya era modern, makna ngaben mulai mengalami pergeseran. Jika dahulu ritual ini dipandang sakral, kini dalam beberapa kasus juga menjadi ajang gengsi. Tidak jarang masyarakat rela berhutang atau menjual harta demi melaksanakan ngaben yang meriah. “Perubahan pemaknaan masyarakat terhadap ngaben seringkali mendorong praktik meminjam uang dan menjual harta demi pengakuan sosial,” dikutip dalam RCS Journal (Perdana, Hamdi & Ramdani, 2022).

Keindahan dan Makna Banten Bali, Persembahan Suci dalam Tradisi Hindu

Fenomena ini menjadi tantangan karena dapat menggeser esensi awal ngaben: pengabdian suci, bukan pamer status ekonomi.

Dampak Ekonomi bagi Masyarakat

Tidak bisa dipungkiri, ngaben membutuhkan biaya besar. Untuk upacara sederhana (Kanista), biaya bisa mencapai Rp5–15 juta, sementara tingkat tertinggi (Utama) dapat menghabiskan Rp50–70 juta. Menurut hasil penelitian yang sama, “banyak masyarakat yang memaksakan diri hingga berhutang atau menjual harta benda demi pelaksanaan ngaben.”

Pasola, Tradisi Perang Kuda yang Menjadi Simbol Kearifan Lokal Sumba

Sebagai solusi, masyarakat Batudawa bersama pemuka adat sering mengadakan ngaben massal agar biaya bisa ditanggung bersama. Upaya ini sekaligus menjaga nilai kebersamaan yang menjadi inti dari ajaran Hindu Bali.

Ngaben adalah warisan budaya yang bukan hanya sakral, tetapi juga sarat dengan nilai moral, kebersamaan, dan spiritualitas. Namun, modernisasi menuntut masyarakat Hindu untuk tetap menjaga esensinya agar ritual ini tidak kehilangan makna. 

Tanjidor Betawi, Musik Rakyat yang Lahir dari Kolonialisme