Debus Banten, Seni Tradisional dengan Nilai Spiritual Islam
- https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Atraksi_Debus.jpg
Budaya, VIVA Bali –Indonesia dikenal sebagai negeri dengan kekayaan budaya yang luar biasa. Salah satunya adalah Debus, seni tradisional khas Banten yang telah bertahan sejak abad ke-16. Lebih dari sekadar pertunjukan bela diri ekstrem, Debus mengandung pesan mendalam tentang spiritualitas Islam, keberanian, serta warisan budaya yang hingga kini tetap relevan.
Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Hidayah: Cendekia Pendidikan Islam dan Hukum Syariah (2025), Debus bukan hanya atraksi fisik menantang logika, tetapi juga sarana dakwah, media spiritual, sekaligus simbol identitas masyarakat Banten.
Asal-Usul dan Perkembangan Debus
Debus pertama kali diperkenalkan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532–1570) sebagai bagian dari syiar Islam. Saat itu, Debus dipadukan dengan doa, zikir, serta shalawat untuk memperkuat semangat masyarakat dalam menghadapi penjajah.
Seiring waktu, Debus mengalami pergeseran fungsi. Dari media dakwah dan perjuangan, kini lebih sering tampil dalam acara budaya, pernikahan, khitanan, hingga atraksi wisata. Meski demikian, nilai spiritual dan religius tetap melekat dalam setiap ritualnya.
Nilai Keagamaan dalam Seni Debus
Keistimewaan Debus tidak hanya terletak pada atraksinya yang menakjubkan—seperti kebal senjata tajam atau berjalan di atas bara api—tetapi juga pada proses spiritual yang menyertainya. Para pemain Debus biasanya menjalani puasa, tirakat, zikir, dan doa sebagai bentuk penyucian diri.