Rambut dan Busana Memiliki Makna Kesucian dalam Tradisi Hindu Bali
- https://www.pexels.com/id-id/foto/laut-agama-agama-buddha-buddha-15493661/
Budaya, VIVA Bali – Setiap detail dalam tradisi Hindu Bali selalu memiliki makna, termasuk rambut dan busana yang dipakai umat saat bersembahyang. Dua hal ini terlihat jelas dalam pelaksanaan.
Upacara Mepunia Rambut di Desa Tibubeneng, Badung, serta dalam etika berpakaian wanita Hindu saat memasuki pura.
Di Pura Dalem Mawospahit, Desa Tibubeneng, setiap penyungsung Panembahan Ratu Gede Sakti secara sukarela menyerahkan sebagian rambutnya. Prosesi ini dikenal dengan nama Mepunia Rambut atau Punia Rambut.
Rambut yang dipotong pemangku pura melalui ritual prayascita dan penyarikan kemudian disakralkan menjadi bagian dari atribut Panembahan Ratu Gede Sakti. Bagi masyarakat,
memberikan rambut bukan sekadar simbol pengorbanan, melainkan tanda kesetiaan dan permohonan keselamatan.
Tradisi yang sudah berlangsung lebih dari sepuluh tahun ini memperlihatkan bahwa tubuh manusia pun bisa menjadi sarana persembahan suci, asalkan dilakukan dengan niat tulus.
Selain ritual khusus seperti Mepunia Rambut, masyarakat Hindu juga menaruh perhatian besar pada etika berpakaian saat sembahyang. Rambut, misalnya, diatur agar tidak terurai karena diyakini bisa mengganggu kekhidmatan. Wanita biasanya menata rambut dalam sanggul atau ikatan rapi sebagai bentuk penghormatan ketika memasuki area suci.
Busana sembahyang juga mengikuti aturan tertentu: kebaya dengan kain bawahan (kamben atau kamen) serta senteng atau selendang di pinggang. Dalam praktiknya, banyak wanita
memilih kebaya berlapis agar tidak transparan dan kain yang panjangnya disesuaikan, sehingga tidak menimbulkan kesan berlebihan.
Penelitian di Pura Agung Wana Kerta Jagatnatha, Palu, menunjukkan bahwa wanita Hindu makin sadar akan pentingnya busana sembahyang yang sesuai etika. Pakaian yang
sederhana, rapi, dan sopan membantu menjaga kekhusyukan suasana pura serta mencerminkan penghormatan terhadap Dewa dan leluhur.
Baik Mepunia Rambut maupun aturan busana sembahyang menegaskan satu hal penting: tubuh dan penampilan manusia bukan hanya urusan duniawi, melainkan juga bagian dari hubungan spiritual. Rambut yang dipersembahkan dan busana yang dikenakan adalah simbol pengendalian diri, ketulusan hati, dan rasa hormat pada yang sakral.
Dengan begitu, tradisi Hindu Bali memperlihatkan betapa hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari bisa memiliki nilai spiritual besar, asalkan dilakukan dengan niat suci.