Rajahan Tubuh Dayak, Sejuta Kisah di Balik Tinta Suci

Pemasangan tato dayak kalimantan
Sumber :
  • https://www.unchartedbackpacker.com/getting-hand-tapped-dayak-tattoo-borneo/

Tradisi, VIVA Bali –Ketika melihat ukiran di kulit Suku Dayak, Anda tidak hanya melihat sebuah gambar, tetapi juga membaca sebuah buku sejarah yang hidup. Tradisi tato Dayak, atau yang dikenal dengan istilah tutang atau katamang, bukanlah sekadar hiasan. Setiap garis, titik, dan motif adalah narasi perjalanan hidup, penanda status sosial, dan jimat spiritual yang menghubungkan manusia dengan alam dan leluhurnya.

Upacara Penti Wae Rebo, Simbol Syukur dan Keharmonisan Alam

Bahan Alami dan Proses yang Sakral

Tradisi tato Dayak dilakukan dengan cara tradisional yang sakral. Tinta yang digunakan bukan berasal dari bahan kimia, melainkan dari campuran bahan-bahan alami. Bubuk arang dari jelaga periuk yang telah menghitam dicampur dengan gula tebu atau abu kayu, kemudian dilarutkan dalam air. Beberapa kelompok Dayak juga menggunakan arang dari pohon tertentu yang dianggap memiliki kekuatan magis.

Tradisi Ajegeh Kobhur, Warisan Budaya Menjaga Kuburan Selama Tujuh Hari

Proses pembuatannya dilakukan secara manual oleh seorang ahli tato adat yang disebut Pantukang.. Ia menggunakan alat sederhana berupa bilah kayu dengan jarum atau duri jeruk yang diikatkan di ujungnya. Jarum tersebut dicelupkan ke tinta, lalu ditusukkan perlahan ke kulit mengikuti pola yang telah digambar. Proses ini sangat menyakitkan, dan rasa sakit itu sendiri memiliki makna tersendiri, yaitu sebagai ujian ketahanan diri dan kesabaran.

Makna dan Filosofi di Balik Setiap Motif

Serba-Serbi Adat Aceh dalam Manuskrip Kuno

Setiap tato pada tubuh Suku Dayak memiliki makna yang sangat dalam dan kompleks. Sebagai contoh, motif Bunga Terong yang umum dijumpai pada pria Dayak tidak hanya sekadar hiasan; ia adalah penanda bahwa seseorang telah mengarungi perjalanan jauh dari kampungnya atau telah menjalani ritual inisiasi penting. Pusaran di tengah motif ini melambangkan pusar, simbol asal-muasal kehidupan. Sementara itu, tato berbentuk hewan seperti burung Enggang, kalajengking, atau harimau merepresentasikan kekuatan, keberanian, dan status sosial.

Burung Enggang dipercaya sebagai simbol roh penjaga, sedangkan kalajengking diyakini berfungsi sebagai jimat penangkal bahaya. Tak hanya itu, motif-motif asas yang geometris dan abstrak, seperti garis atau lingkaran, melambangkan keseimbangan alam dan siklus kehidupan yang tak terputus. Adapun bagi para prajurit atau panglima perang, tato mereka lebih rumit dan sengaja ditempatkan di area tubuh yang menunjukkan kekuatan, seperti leher atau dada, untuk berfungsi sebagai jimat pelindung dalam pertempuran.

Halaman Selanjutnya
img_title