Siat Geni Tradisi Perang Api Desa Tuban Bali Untuk Menolak Bala
- https://unsplash.com/id/foto/kerumunan-orang-berdiri-di-sekitar-lubang-api-3F44vR17iHg
Budaya, VIVA Bali – Siat Geni atau perang api merupakan ritual sakral yang telah menjadi tradisi turun-temurun di Desa Adat Tuban, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Bagi masyarakat setempat, piodalan di Pura Dalem Kahyangan belum dianggap lengkap tanpa adanya Siat Geni. Ritual unik ini biasanya digelar di pelataran Pura Dalem Kahyangan, bertepatan dengan Purnamaning Kapat.
ecara etimologis, istilah Siat Geni memiliki arti yang mendalam. Dalam Kamus Bahasa Bali, kata “siat” berarti perang, sedangkan “geni” menurut Kamus Istilah Hindu identik dengan Dewa Agni atau Dewa Api. Karena itu, Siat Geni dimaknai sebagai perang api. Lebih dari sekadar permainan, tradisi ini merupakan prosesi penyambutan terhadap pengawal atau rencangan dewa-dewi yang berstana di Pura Dalem Kahyangan, yakni Kala Gni Rudra, sosok yang diyakini sangat menyukai api. Oleh sebab itu, Siat Geni wajib dilaksanakan sebagai suguhan sakral, dengan tujuan menetralisir aura negatif serta mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan bagi masyarakat Desa Tuban.
Dalam prosesi ini, masyarakat membakar sabut kelapa lalu memainkannya layaknya perang, sebagai bentuk persembahan suci kepada Sang Hyang Widhi sekaligus simbol penghormatan terhadap kekuatan alam semesta. Serabut kelapa yang berisi bara api kemudian dibenturkan di atas kepala pengayah hingga memunculkan percikan api, menciptakan suasana dramatis namun penuh makna spiritual. Para peserta Siat Geni adalah para yowana atau pemuda Desa Adat Tuban, yang tergabung dalam Sekaa Teruna Pertiwi Santi Banjar Tuban Griya serta Sekaa Teruna Bhuana Kusuma Banjar Pesalakan.
Mereka sebelumnya telah dibagi menjadi dua kelompok berseberangan dengan membentuk pola lingkaran kecil. Jalannya tradisi dipimpin oleh seorang saye atau wasit, yang memastikan pelaksanaan berlangsung khidmat dan suci. Sebelum Siat Geni dimulai, seluruh peserta melakukan persembahyangan di Pura Dalem Kahyangan. Selanjutnya, Pemangku Pura Gede Dalem Kahyangan memimpin ritual matur piuning untuk nedunang atau menyambut Kala Geni Ludra. Setelah itu, tumpukan sabut kelapa yang sudah disusun di jaba tengah pura dibakar, menandai dimulainya prosesi perang api yang sakral ini.
Prosesi Siat Geni biasanya berlangsung selama kurang lebih satu jam. Karena tradisi ini termasuk ritual suci, seluruh peserta diwajibkan dalam keadaan bersih lahir dan batin. Artinya, mereka yang sedang mengalami cuntaka, seperti memiliki anggota keluarga yang baru meninggal atau memiliki bayi yang belum genap berusia 1 bulan 7 hari tidak diperkenankan untuk ikut serta. Selain itu, para peserta juga wajib menjaga etika selama melaksanakan ritual, serta tidak diperbolehkan membawa dendam maupun sakit hati. Hal ini dikarenakan tujuan utama Siat Geni adalah untuk menghilangkan leteh, membakar nafsu jahat yang ada dalam diri manusia, serta memurnikan jiwa demi tercapainya keseimbangan hidup.
Diperkirakan sudah ada sejak tahun 1400-an, tradisi perang api ini terus dilestarikan hingga kini oleh para pemuda Desa Adat Tuban sebagai simbol pengabdian sekaligus upaya menolak bala. Siat Geni dilaksanakan secara rutin setiap tahun sebagai simbol untuk melebur segala hal yang bersifat negatif di wilayah Desa Adat Tuban. Melalui tradisi sakral ini, masyarakat meyakini akan mendapatkan berkah berupa kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan.
Bagi wisatawan maupun masyarakat yang tertarik, prosesi Siat Geni tahun 2025 dijadwalkan berlangsung sekitar awal Oktober 2025, bertepatan dengan perayaan Purnamaning Kapat di Pura Dalem Kahyangan Desa Adat Tuban. Ini menjadi momen sakral yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun, sehingga sangat sayang untuk dilewatkan jika Anda ingin menyaksikan langsung tradisi perang api yang unik sekaligus penuh makna spiritual ini.