Kecerdasan Kuno di Balik Sawah Terasering Bali, Inilah Sistem Subak yang Diakui UNESCO
- https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbbali/wp-content/uploads/sites/14/2018/08/DSC_1477.jpg
Kunci dari keberhasilan dan keberlanjutan Subak selama lebih dari seribu tahun terletak pada filosofi hidup yang mendasarinya, yaitu Filosofi Tri Hita Karana. Dilansir dari situs resmi UNESCO, filosofi ini adalah konsep yang menciptakan keharmonisan antara tiga elemen kehidupan.
1. Parahyangan (Harmoni dengan Tuhan), Aspek ini diwujudkan melalui pura-pura air yang tersebar di seluruh lanskap Subak. Para pendeta air memegang peran krusial dalam menentukan jadwal tanam dan mengatur pembagian air melalui ritual keagamaan. Air tidak dilihat sebagai komoditas, melainkan sebagai anugerah dari Tuhan yang harus dikelola dengan bijaksana.
2. Pawongan (Harmoni antar Manusia), Ini adalah aspek sosial dan demokrasi dari Subak. Para petani yang tergabung dalam satu Subak secara rutin mengadakan pertemuan (sangkepan) untuk membuat keputusan bersama mengenai distribusi air, pemeliharaan saluran irigasi, dan penyelesaian sengketa. Semangat gotong royong dan keadilan sangat dijunjung tinggi.
3. Palemahan (Harmoni dengan Alam), Aspek ini adalah wujud dari hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungannya. Sistem Subak memastikan bahwa air didistribusikan secara adil dari hulu ke hilir, menjaga kesuburan tanah, dan menciptakan sebuah ekosistem yang seimbang bagi flora dan fauna di sekitarnya.
Nilai Universal yang Diakui Dunia
Pengakuan UNESCO tidak datang tanpa alasan. Subak memiliki "Outstanding Universal Value" (OUV) atau Nilai Universal Luar Biasa yang membuatnya istimewa di mata dunia. Salah satu nilai utamanya adalah kemampuannya untuk menunjukkan bahwa sebuah sistem yang didasarkan pada nilai-nilai spiritual dan prinsip demokrasi dapat menciptakan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan selama berabad-abad.
Di saat dunia modern berjuang dengan isu pengelolaan air dan konflik agraria, sistem Subak menawarkan sebuah model kearifan lokal yang sangat relevan. Inilah yang membuat pengalaman pariwisata budaya di Bali menjadi lebih dari sekadar melihat pemandangan, tetapi juga belajar dari sebuah peradaban yang agung.