Dari Awan ke Tanah, Bagaimana Hujan Bisa Turun?
- https://pin.it/64oXyk4DT
Viva Bali – Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki dua musim. Yaitu musim hujan dan kemarau. Biasanya musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April-September. Saat musim hujan telah tiba, intensitas hujan turun berbeda-beda, ada yang langsung deras dan ada yang hanya sekedar gerimis. Lalu, bagaimana proses terbentuknya hujan?
1. Evaporasi (Penguapan)
Tahap pertama proses terbentuknya hujan disebut evaporasi, yaitu penguapan air akibat panas matahari. Air dari sungai, danau, maupun laut akan menguap dan naik ke atmosfer dalam bentuk uap air. Semakin tinggi suhu, semakin banyak air yang menguap. Uap air ini kemudian berkumpul dan membentuk awan. Semakin banyak uap air yang naik, semakin besar pula potensi terjadinya hujan deras.
2. Kondensasi (Pengembunan)
Tahap selanjutnya adalah kondensasi atau pengembunan. proses berubahnya uap air menjadi partikel-partikel es yang sangat kecil akibat suhu dingin di atmosfer. Partikel-partikel ini saling mendekat dan membentuk gumpalan putih yang disebut awan. Partikel es ini memiliki diameter sekitar 5–20 mm dan dapat jatuh dengan kecepatan 0,01–5 cm per detik. Namun, jika kecepatan angin di atmosfer cukup tinggi, partikel-partikel tersebut akan tertahan dan belum jatuh ke bumi.
3. Presipitasi (Hujan Turun)
Tahap terakhir adalah presipitasi, yaitu proses mencairnya butiran es di awan hingga turun ke bumi dalam bentuk rintik hujan. Awan yang terbentuk dari proses sebelumnya bisa terbawa angin dan menurunkan hujan di lokasi yang berbeda. Ketika kandungan uap air dalam awan sudah terlalu banyak dan tidak bisa lagi ditampung, maka uap air tersebut akan jatuh sebagai hujan.