Petani Tembakau Lombok Timur Menjerit, Panen Gagal di Tengah Harga Anjlok

Kondisi Tanaman Tembakau Petani di Lombok timur.
Sumber :
  • Amrullah/VIVA Bali

Lombok Timur, VIVA Bali – Derasnya hujan yang mengguyur Lombok Timur dua hari terakhir menjadi pukulan telak bagi petani tembakau. Ribuan hektare lahan tenggelam air, membuat daun yang seharusnya jadi harapan rupiah kini layu tak berdaya. 

Menteri Transmigrasi Siapkan Kampus Patriot dan Emas Baru di Lotim

Muksin, petani asal Desa Darma Sari, Kecamatan Sikur, tak kuasa menahan rasa kecewa. Dari tiga hektare lahan yang ia garap, lebih dari dua hektare rusak parah.

“Kalau sudah kena hujan, daunnya berubah cokelat saat dikeringkan. Jarang ada pembeli. Kalaupun ada, harganya jatuh di bawah Rp10 ribu per kilo,” ucapnya dengan nada pasrah, Sabtu, 13 September 2025.

Lebih dari 2 Bulan Tanpa Hujan, BMKG Imbau Warga Bali dan NTB Bersiap Hadapi Kekeringan

Kerugian Muksin diperkirakan mencapai Rp150 juta. Pasalnya, biaya produksi per hektare saja tembus lebih dari Rp50 juta. Sementara rendemen tembakau cokelat sangat rendah, satu ton basah hanya menyisakan sekitar satu kuintal kering.

Kisah pilu ini bukan hanya dialami Muksin. Ratusan petani lain di berbagai kecamatan juga bernasib sama. Curah hujan tinggi membuat panen tembakau yang selama ini menjadi tumpuan ekonomi keluarga terancam gagal total.

Proyek Bawang Putih di Sembalun Diduga Bermasalah, Petani Menjerit

Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lombok Timur, Lalu Sahabudin, menegaskan bencana ini tak bisa dipandang sebatas masalah lokal. Menurutnya, kondisi makin sulit karena sejumlah perusahaan rokok besar menahan pembelian bahan baku.

Gudang Garam bahkan sudah menghentikan pembelian. Mereka klaim stok cukup untuk empat tahun ke depan. Sebagian pekerjanya juga kena PHK,” ungkap Sahabudin.

Halaman Selanjutnya
img_title