Menteri LH Nilai Tutupan Hutan Bali Minim, Akibatkan Banjir Melanda
- https://mataram.antaranews.com/berita/486801/hutan-kota-giong-siu-disebut-sabuk-hijau-mencegah-banjir-di-mataram
Bali, VIVA Bali – Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq, menilai banjir besar yang melanda sejumlah wilayah Bali tidak hanya dipicu oleh curah hujan ekstrem, melainkan juga minimnya tutupan hutan. Menurutnya, tata ruang di Bali harus segera dibenahi agar fungsi daerah aliran sungai dapat berjalan optimal.
Hanif Faisol menjelaskan, kawasan Bali bagian tengah hingga selatan merupakan jalur utama aliran sungai. Namun, kondisi tutupan hutannya sangat rendah. “Lanskap Bali dari utara hingga ke Gunung Batur tutupan hutannya hanya sekitar 4 persen. Dari 49 ribu hektare daerah aliran sungai, hanya 1.200 hektare yang memiliki tutupan pohon. Ini sangat kecil,” ucap Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq. Sabtu, 13 September 2025.
Selain itu, Minimnya hutan membuat daya resap air menurun drastis sehingga banjir lebih mudah terjadi saat hujan deras. Hanif juga menegaskan bahwa kondisi ini menjadi alarm penting bagi pemerintah pusat dan daerah untuk melakukan penataan ulang tata ruang wilayah.
Sementara itu, Menteri LH juga menyoroti praktik alih fungsi lahan yang masif di Bali, yang memperparah berkurangnya resapan air. Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup menunggu hasil pengujian dan pemetaan dari Gubernur Bali sebelum mengambil langkah lebih jauh.
Lebih lanjut, Menteri Lh menyampaikan, bahwa pemerintah pusat siap turun tangan membantu Pemprov Bali dalam hal penegakan hukum, rehabilitasi, maupun penguatan kebijakan tata ruang. “Kami akan memberikan arah kajian strategis lingkungan hidup sebagai acuan dalam membuat kebijakan ke depan,” jelas Hanif. Seperti dilansir dari antaranews.com.
Di sisi lain, Hanif menekankan bahwa bencana banjir di Bali, khususnya di Denpasar, Badung, Gianyar, dan Jembrana, memang tidak terlepas dari faktor hujan ekstrem. Namun, tanpa perbaikan tata ruang, risiko bencana serupa akan terus mengintai.