Vaksin HPV Tidak Bikin Mandul! Ini Fakta Medis yang Perlu Anda Tahu
- https://www.pexels.com/photo/person-getting-vaccinated-8488619/
Kesehatan, VIVA Bali – Isu yang menyebutkan bahwa vaksin Human Papillomavirus (HPV) dapat menyebabkan kemandulan hingga menopause dini kembali beredar di tengah masyarakat. Namun kabar tersebut dipastikan tidak benar alias hoaks.
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, menegaskan bahwa vaksin HPV aman dan tidak berdampak pada kesuburan wanita.
“Terkait vaksin HPV yang dihubungkan dengan kemandulan atau menopause dini, itu hanya mitos. Tidak ada fakta ilmiah yang membuktikan hal itu,” tegas Prof. Yudi dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (24/6).
Vaksin HPV adalah salah satu langkah pencegahan paling efektif untuk melindungi perempuan dari risiko kanker serviks, salah satu jenis kanker paling mematikan bagi perempuan. Sayangnya, berbagai kabar bohong seputar efek samping vaksin ini masih sering beredar dan menimbulkan ketakutan yang tidak berdasar.
Prof. Yudi menjelaskan bahwa alasan vaksin HPV tidak diberikan kepada ibu hamil bukan karena berbahaya, melainkan karena selama kehamilan sistem kekebalan tubuh ibu sedang dalam kondisi menurun. Hal ini bisa membuat proses pembentukan antibodi dari vaksin menjadi kurang maksimal.
“Bukan berarti vaksinnya berbahaya bagi janin, tapi jika diberikan saat hamil, respon imun tubuh tidak optimal. Maka lebih baik diberikan setelah melahirkan agar proteksinya maksimal,” jelasnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan bahwa kanker leher rahim atau kanker serviks adalah penyakit yang bisa dicegah dan bahkan disembuhkan jika terdeteksi lebih awal. Salah satu langkah paling efektif adalah melalui vaksinasi HPV.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, juga menegaskan bahwa kanker serviks termasuk dalam jenis kanker yang bisa dicegah dan memiliki tingkat kesembuhan tinggi jika ditemukan pada stadium awal.
“Semakin dini ditemukan, semakin besar peluang untuk sembuh,” ujar Nadia.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kanker serviks adalah kanker terbanyak kedua yang menyerang perempuan di Indonesia. Setiap tahunnya, tercatat lebih dari 36.000 kasus baru kanker serviks, dan yang lebih mengkhawatirkan, sekitar 70 persen kasus tersebut ditemukan sudah dalam kondisi stadium lanjut.
Artinya, sebagian besar pasien datang ke fasilitas kesehatan ketika kanker sudah berkembang parah, sehingga peluang untuk sembuh menjadi lebih kecil.
Untuk menekan angka kematian akibat kanker serviks, pemerintah menjalankan dua strategi utama:
1. Program Vaksinasi HPV, Vaksinasi diberikan secara gratis melalui program imunisasi nasional, terutama kepada anak-anak perempuan usia sekolah dasar dan perempuan dewasa yang belum terinfeksi HPV.
2. Pemeriksaan Deteksi Dini, Pemeriksaan seperti IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) atau pap smear secara rutin dapat mendeteksi adanya sel-sel abnormal di leher rahim sebelum berubah menjadi kanker.
Di era digital ini, masyarakat diimbau untuk tidak mudah percaya pada informasi yang tidak jelas sumbernya. Vaksin HPV telah terbukti secara ilmiah aman dan efektif untuk mencegah kanker serviks.
“Hoaks bisa beredar di mana saja, tapi kita harus ingat bahwa taruhannya adalah kesehatan dan nyawa. Jangan ragu untuk vaksinasi HPV dan lakukan deteksi dini secara rutin,” tegas Prof. Yudi.
Vaksinasi HPV bukan hanya perlindungan untuk diri sendiri, tetapi juga bentuk cinta kepada keluarga. Dengan mencegah kanker serviks, perempuan dapat menjalani hidup lebih sehat, produktif, dan berkualitas.
Ingat! Kanker serviks bisa dicegah. Jangan tunda vaksinasi dan deteksi dini. Jangan biarkan hoaks merenggut masa depan Anda.