Pedas! Ni Luh Djelantik Sebut Banjir Bali Ulah Villa Liar dan Tata Ruang Amburadul

Ni Luh Djelantik menuding banjir Bali bukan sekadar ulah hujan,
Sumber :
  • https://www.facebook.com/share/16zMVazryP/

Denpasar, VIVA Bali –Pedas dan tanpa tedeng aling-aling, Ni Luh Djelantik menuding banjir Bali bukan sekadar ulah hujan, melainkan akibat vila liar dan tata ruang amburadul yang dibiarkan bertahun-tahun.

Menteri LH Nilai Tutupan Hutan Bali Minim, Akibatkan Banjir Melanda

Anggota DPD RI asal Bali, Ni Luh Djelantik, melontarkan kritik pedas terkait banjir besar yang melanda Pulau Dewata pekan ini. 

Menurut Mbok Ni Luh, bencana yang menelan korban jiwa dan merusak ratusan rumah itu bukan semata-mata faktor alam, melainkan akibat tata ruang yang amburadul serta maraknya pembangunan vila dan hotel yang menyalahi aturan.

Banjir Bali Surut, BNPB Mulai Tahap Rehabilitasi Rekonstruksi

“Jangan salahkan airnya, salahkan dirimu. Kenapa membangun di atas aliran sungai?” tegas Ni Luh. Kamis, 11 September 2025.

Ni Luh mencontohkan bagaimana sejumlah vila milik investor asing di kawasan pantai hanyut terbawa derasnya banjir, karena berdiri di lokasi terlarang dekat bantaran sungai dan pesisir.

BMKG Ungkap Penyebab Banjir dan Longsor di Bali

Ni Luh menilai banjir di Bali bukanlah peristiwa baru. 

Sejak puluhan tahun lalu, kawasan aliran Sungai Badung sudah langganan banjir. 

Namun, alih-alih ditata, masalah justru semakin parah akibat lemahnya pengawasan dan penegakan aturan.

“Banjir sudah ada sejak 45 tahun lalu. Bedanya, dulu alam masih punya ruang. Sekarang semua sempadan sungai, sempadan laut, bahkan jalur drainase, dipenuhi bangunan,” ujar Ni Luh panjang lebar. 

Ni Luh kemudian mendesak pemerintah daerah tidak hanya bergerak setelah bencana terjadi, melainkan menyiapkan solusi menyeluruh dari hulu hingga hilir. 

Mulai dari pengerukan sungai, pembangunan tanggul, hingga memastikan setiap jalan memiliki drainase yang berfungsi.

Selain tata ruang, Ni Luh juga menyoroti persoalan sampah yang menumpuk di sungai dan jalan.

Anggota DPD RI ini mengusulkan program besar-besaran penyediaan 1 juta tempat sampah untuk seluruh keluarga di Bali. 

Sampah yang terkumpul kemudian dikelola sesuai jenisnya mulai dari dijadikan batako, energi listrik, hingga pupuk dan ekoenzim.

“Jangan lagi setengah-setengah. Kalau dibiarkan, banjir akan selalu jadi alasan frustrasi bersama,” kata designer sepatu ini. 

Lebih jauh, Ni Luh menyoroti peran hotel, resort, restoran, hingga supermarket yang menghasilkan volume sampah luar biasa besar. 

Ni Luh meminta aturan pengelolaan sampah ditegakkan secara ketat, lengkap dengan sistem reward and punishment.

“Satu hotel dengan 500 kamar bisa menghasilkan sampah setara 1.000 orang per hari. Kalau ada yang melanggar SOP, catat nama hotelnya, audit, dan beri sanksi sosial,” tegas Ni Luh. 

Sebagai daerah tujuan wisata internasional, Bali menerima belasan juta wisatawan setiap tahun. 

Ni Luh mendorong agar pungutan wisatawan mancanegara yang sudah diterapkan benar-benar dialokasikan untuk kepentingan mendesak seperti pengelolaan sampah, desa adat, hingga menggaji pecalang.

“Jangan hanya buat Bali cantik secara kosmetik. Kalau dibiarkan, ini bom waktu yang akan meledak, dan korbannya rakyat,” ujar Ni Luh. 

Menutup pernyataannya, Ni Luh mengajak seluruh pihak, pemerintah, swasta, hingga masyarakat untuk bergandengan tangan memperbaiki tata kelola lingkungan Bali. 

Menurut Ni Luh, bencana harus menjadi momentum perubahan, bukan sekadar rutinitas penyesalan.

“Bali itu rumah kita bersama. Kalau tidak dijaga, maka yang hancur bukan hanya alam, tapi juga masa depan generasi,” pungkas Ni Luh.