3 Alasan Mengapa Dunia Bisa Mati Pelan-pelan Tanpa Cinta

Cinta yang tulus menjaga dunia tetap hidup
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/kota-wanita-perempuan-kaum-wanita-23585564/

Lifestyle, VIVA Bali – Bayangkan dunia tanpa cinta. Tidak ada kasih dalam keluarga, tidak ada empati di antara sesama, dan tidak ada toleransi dalam keberagaman. Cinta bukan sekadar perasaan, tetapi fondasi dari nilai-nilai moral dan kemanusiaan. Tanpa cinta, dunia kehilangan arah dan makna.

Pajak Turis Asing Bali, Strategi Baru Dongkrak Ekonomi Daerah

Mengapa Kita Perlu Cinta?

Dilansir dari situs resmi Kementerian Agama Republik Indonesia, dalam artikel berjudul “Mengapa Kita Perlu Cinta” oleh Ahmad Inung, dijelaskan bahwa cinta memiliki kekuatan menyembuhkan, menyatukan, dan menyelamatkan manusia dari kehampaan eksistensial.

Muda-Mudi Lestarikan Wayang Lewat TikTok: Tradisi Bertemu Teknologi

Cinta bukan hanya kebutuhan emosional, tetapi juga kekuatan spiritual yang menjaga manusia tetap waras dan bermoral.

Berikut ini adalah tiga alasan utama mengapa makna cinta sejati adalah kunci kelangsungan dunia:

1. Cinta sebagai Fondasi Moral Manusia

Inilah 5 Fakta Unik Kapibara, Nomor 4 Bikin Kaget!

Masih menurut Ahmad Inung, penderitaan hidup sering kali berasal dari keputusan yang tidak dilandasi cinta. Cinta berfungsi sebagai kompas moral, menuntun manusia agar tidak hanya berpikir logis, tetapi juga bertindak penuh empati.

Tanpa cinta, keputusan menjadi dingin dan relasi antarmanusia terasa hampa. Dunia membutuhkan lebih dari sekadar kecerdasan. ia membutuhkan hati yang peduli.

2. Agama Tanpa Cinta Itu Berbahaya

Masih mengacu pada pemikiran Ahmad Inung dalam artikel “Mengapa Kita Perlu Cinta”, agama sejatinya adalah jalan cinta. Ajaran agama tanpa cinta rentan disalahartikan, bahkan bisa menjadi sumber ketakutan atau alat penindasan. Cinta bukan sekadar pelengkap dalam agama, melainkan inti yang memberi ruh pada seluruh ajarannya.

3. Pendidikan Perlu Menghadirkan Kurikulum Cinta

Masih dari sumber yang sama, artikel berjudul “Mengapa Kita Perlu Cinta”, Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar mendukung hadirnya kurikulum berbasis cinta dalam pendidikan nasional. Cinta, dalam konteks ini, bukan sekadar romansa, melainkan sikap dasar untuk hidup damai, toleran, dan menghargai perbedaan. Tanpa cinta, pendidikan bisa melahirkan generasi yang cerdas secara akademis tetapi miskin kecerdasan emosional.

Jika dunia terasa penuh konflik, kebencian, dan perpecahan, mungkin karena kita mulai melupakan cinta, bukan yang manis di kata-kata, tapi yang nyata dalam tindakan. Maka, bila ingin menyelamatkan dunia, mulailah dengan memaknai cinta sejati, menjalankan peran cinta manusia, dan menghidupkan kembali cinta dalam agama serta pendidikan.

Karena dunia tidak mati karena bencana. Dunia bisa mati pelan-pelan karena kita lupa cara mencintai