Ternyata, Bom Atom Punya Andil Membentuk Budaya Populer Jepang
- https://www.japantimes.co.jp/culture/2021/11/26/books/godzilla-behind-the-kaiju-curtain/
Lifestyle, VIVA Bali – Bulan Agustus adalah bulan duka cita dan kesedihan bagi masyarakat Jepang. Ya, di bulan ini, kota Nagasaki dan kota Hiroshima pernah dibom atom pada tahun 1945.
Suka atau tidak dengan peristiwa mengerikan itu tetapi pengaruh bom nuklir Hiroshima dan Nagasaki mengakar kuat dalam budaya populer Jepang.
Beberapa karya anime dan manga terinspirasi dari peristiwa tersebut. Mulai dari Godzilla yang bernapas api, anime pasca-apokaliptik, dan gambaran mengerikan tentang penyakit radiasi.
Misalnya manga dan anime klasik Astro Boy atau disebut Mighty Atom dalam bahasa Jepang. Kemudian, anime dan manga yang menceritakan tentang ledakan atau kehancuran kota seperti Akira, Neon Genesis Evangelion, dan Attack on Titan.
"Hidup dalam penderitaan yang luar biasa dan mengatasi trauma adalah tema yang berulang kali dibuat dalam karya budaya Jepang. Hal ini dianggap menarik oleh khalayak global," kata profesor sejarah Universitas Ottawa William Tsutsui.
Pengeboman yang dilakukan oleh Amerika Serikat di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 menewaskan sekitar 140.000 orang. Tiga hari kemudian, tepatnya pada 9 Agustus 1945, kota Nagasaki yang dibom.
Akibatnya sekitar 74.000 orang menjadi korban.
Kebangkitan Godzilla
Inilah salah satu narasi budaya populer di Jepang akibat teknologi nuklir. Secara garis besar, cerita Godzilla berawal dari makhluk prasejarah yang terbangun setelah Amerika Serikat melakukan uji coba bom hidrogen di Pasifik.
"Kita membutuhkan monster untuk memberi wajah dan bentuk pada ketakutan yang abstrak," kata Profesor Tsutsui yang juga penulis buku Godzilla on My Mind.
Memang, pada tahun 1950-an, Godzilla memenuhi peran itu bagi orang Jepang. Dalam film tersebut ditampilkan energi atom dan radiasi. Sehingga membangkitkan kenangan masyarakat Jepang terhadap tragedi bom atom.
Film asli Godzilla yang rilis pada 27 Oktober 1954 disaksikan banyak penonton. Dalam film tersebut, monter purba ini mengamuk di tengah kota Tokyo.
Saat meninggalkan bioskop, para penonton keluar dengan berlinang air mata.
Konon, para ahli efek khusus yang terlibat dalam pembuatan film Godzilla membuat kulit Godzilla berkerut tebal seperti bekas luka pada korban selamat Hiroshima dan Nagasaki.
Manga Barefoot Gen Ilustrasikan Pengeboman di Hiroshima
Keiji Nakazawa merupakan seorang penulis manga. Ledakan bom atom di Hiroshima merenggut nyawa ayah, saudara perempuan, dan saudara laki-lakinya.
Awalnya ia tidak berniat menulis manga hingga ibunya meninggal dunia.
“Bom atom itu merenggut sumsum tulangnya,” kata Nakazawa.
Ia pun mulai menggambarkan pengeboman atom dalam manga berjudul Hadashi no Gen (Barefoot Gen).
Peristiwa memilukan itu terekam jelas di benak Nakazawa. Saat bom atom dijatuhkan pada 6 Agustus 1945, pukul 08.15, ia masih menjadi siswa kelas satu SD. Sebagian besar keluarganya tewas dalam peristiwa itu.
Nakazawa datang ke Tokyo pada usia 22 tahun. Ia memiliki impian untuk menjadi seniman manga, terinspirasi oleh Osamu Tezuka yang merupakan pencipta Astro Boy. Tezuka juga dianggap sebagai dewa manga.
Karya perdana Nakazawa menampilkan seorang mata-mata industri. Ia percaya bahwa kartun haruslah menghibur.
Keyakinannya itu berubah ketika ia kembali ke Hiroshima pada tahun 1966 setelah menerima telegram tentang kematian ibunya.
Dalam perjalanan kereta kembali ke Tokyo, ia bertekad untuk menghadapi bom atom secara langsung sebagai seorang kartunis.
Setelah itu, Nakazawa menunjukkan kepada istrinya beberapa panel manga pertamanya, yang isinya tentang bom atom.
Judul manga tersebut Kuroi Ame ni Utarete (Terkena Hujan Hitam).
Karya pendek tersebut menceritakan seorang pemuda yang hendak meninggal karena penyakit bom atom dan berusaha membunuh seorang Amerika yang kejam untuk membalas dendam.