Apakah Work Life Balance Cuma Mimpi di Dunia Nyata?

Ilustrasi seseorang stress karena tekanan kerja
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/kantor-ruang-kantor-ruang-kerja-biro-8547226/

Lifestyle, VIVA Bali – Bagi banyak orang, istilah work life balance terdengar seperti mimpi manis—ideal, tapi sulit diwujudkan. Jam kerja panjang, tuntutan karier, dan tekanan sosial sering membuat keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi terkikis. Lalu apakah work life balance benar-benar bisa dicapai di dunia nyata? Atau memang hanya angan-angan belaka?

Saat realitas kerja menuntut lebih

Film Horor Weapons Raih Skor Sempurna dan Siap Menghantui Layar Bioskop Indonesia

Di banyak industri, budaya kerja menekankan produktivitas tinggi dan deadline ketat. Banyak karyawan merasa harus lembur demi target. Akibatnya, waktu untuk keluarga, hobi, atau istirahat jadi tersingkir. Bahkan survei dari OECD menunjukkan rata-rata pekerja dewasa menghabiskan hampir sembilan jam per hari di kantor—tingkat stres meningkat, tidur berkurang, dan hubungan sosial jadi terganggu. Ini jadi alasan utama mengapa "work life balance" sering dianggap sekadar wacana.

Tapi beberapa orang sukses menyeimbangkan

Meski terlihat sulit, ada karyawan dan pemimpin yang memang berhasil bikin kehidupan kerja dan personal seimbang. Mereka menetapkan batas waktu kerja yang tegas, lebih sering cuti, dan aktif pilih sistem kerja fleksibel seperti hybrid atau remote. Dengan mengatur prioritas dan komunikasi dengan atasan, mereka tetap produktif tanpa mengorbankan waktu pribadi.

Animasi Romantis Kaoru dan Rin Tayang di Netflix, Angkat Kisah Cinta Dua Remaja Berbeda Dunia

Orang seperti ini membuktikan bahwa "work life balance" bukan sekadar mimpi tapi bisa menjadi nyata.

Kunci ada pada manajemen diri dan prioritas

Penting bagi kamu untuk bisa mengatur waktu, membatasi pekerjaan setelah jam kerja, dan memberi ruang untuk istirahat. Misalnya, membuat jadwal mingguan yang jelas, mematikan notifikasi di luar jam kerja, dan punya rutinitas refleksi setiap akhir pekan. Dengan sistem seperti itu, kamu perlahan membangun "work life balance" yang efektif.

Animasi Paling Memilukan, Grave of the Fireflies dari Ghibli Tayang di Bioskop Indonesia Mulai 29 Agustus

Transparansi dengan rekan kerja atau atasan juga penting terutama saat kamu mencoba menerapkan batasan waktu kerja.

Apakah semua orang bisa mencapai work life balance?

Jawabannya tergantung kondisi. Karier di startup atau profesi medis dengan shift panjang membuat sulit menemukan keseimbangan. Namun di perusahaan besar yang menerapkan budaya fleksibel, serta bidang freelance atau teknologi digital, peluang untuk mencapai "work life balance" jauh lebih besar. Jadi ini bukan soal mimpi, tapi soal memilih gaya kerja yang cocok dengan kebutuhan dan nilai pribadi.

Singkatnya, work life balance bukan sekadar mimpi jika kamu punya rencana, batasan, dan kontrol terhadap prioritas. Tantangan pasti ada, tapi bukan berarti tidak bisa diatasi. Namun jika kamu tetap bekerja ekstra tanpa manajemen diri, memang besar kemungkinan keseimbangan itu tak kunjung tercapai.