Sering Ingkar Janji ke Anak? Ini 5 Dampak yang Bisa Terjadi
- Sumber foto: pexels: @RDNE Stock project https://www.pexels.com/id-id/foto/anak-ibu-dalam-ruangan-marah-8489335/
Lifestyle, VIVA Bali –Dalam keseharian sebagai orangtua, tentu kita pernah membuat janji kepada anak, baik yang besar maupun yang terlihat sepele. Janji untuk membacakan buku sebelum tidur, menjanjikan jalan-jalan sepulang sekolah, atau sekadar membeli es krim di akhir pekan.
Namun sering kali, karena alasan kesibukan, kelelahan, atau lupa, janji-janji kecil itu tidak ditepati. Mungkin kita menganggapnya tidak penting. "Ah, cuma es krim," atau "Dia pasti lupa juga," begitu kita berdalih.
Sayangnya, yang tampak kecil di mata orang dewasa bisa jadi sangat besar di hati seorang anak. Janji yang tidak ditepati bukan hanya soal es krim atau waktu bermain, tapi menyangkut kepercayaan, perasaan dihargai, dan pembentukan karakter anak ke depannya.
Anak-anak masih membentuk pemahaman mereka tentang dunia, dan orangtua adalah sumber utama pembelajaran itu.
Lalu, apa yang sebenarnya terjadi saat orangtua terlalu sering mengingkari janji kepada anak? Ini bukan soal tidak sempat, tapi soal dampak yang perlahan namun pasti membentuk pribadi si kecil. Berikut dampak yang bisa timbul jika kita sering ingkar janji kepada anak.
1. Anak kehilangan kepercayaan pada orangtua
Kepercayaan adalah fondasi penting dalam hubungan anak dan orangtua. Sekali dua kali janji yang tidak ditepati mungkin bisa dimaklumi. Tapi jika menjadi kebiasaan, anak mulai belajar bahwa ucapan orangtua tidak bisa diandalkan. Mereka akan mulai ragu saat orangtua berkata, “Nanti ya,” atau “Mama janji.”
Kehilangan kepercayaan ini tidak hanya berdampak pada momen saat itu saja. Ketika anak tumbuh besar, mereka bisa kesulitan memercayai tidak hanya orangtua, tapi juga orang lain di sekitar mereka. Mereka akan cenderung skeptis, sulit mengandalkan orang lain, atau bahkan enggan berbagi karena merasa janji hanyalah omong kosong.
2. Anak merasa tidak penting
Bayangkan jika Anda berjanji menjemput anak lebih awal agar bisa bermain bersama, tetapi malah terlambat karena memilih menyelesaikan pekerjaan kantor atau berkumpul dengan teman. Anak akan merasa bahwa mereka bukan prioritas.
Ketika janji kepada orang lain selalu ditepati, tetapi janji kepada anak justru sering dilanggar, anak bisa merasa tidak penting. Ini menanamkan perasaan bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak sepenting hal-hal lain. Dalam jangka panjang, perasaan ini bisa merusak harga diri anak dan membuat mereka tumbuh dengan rasa tidak cukup berharga.
3. Anak kehilangan rasa hormat pada orangtua
Rasa hormat tidak lahir dari posisi atau usia, tapi dari integritas dan keteladanan. Anak yang sering dikecewakan karena janji yang diingkari lama-lama akan melihat orangtuanya sebagai sosok yang tidak konsisten dan tidak dapat dipercaya.
Jika ingin anak bersikap hormat, bersikaplah sebagai sosok yang bisa diandalkan. Menepati janji adalah bagian dari menunjukkan integritas. Sebaliknya, jika terlalu sering mengingkari janji, anak akan menganggap ucapan orangtua tidak serius.
4. Anak meniru perilaku buruk
Anak belajar dengan cara meniru. Jika mereka tumbuh dalam lingkungan di mana janji sering diingkari, mereka bisa belajar bahwa hal itu wajar dan bisa diterima. Akibatnya, mereka pun akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah mengingkari janji, baik kepada teman, pasangan, atau rekan kerja suatu saat nanti.
Kebiasaan ini bisa terbawa hingga dewasa dan menciptakan pola hubungan yang tidak sehat. Jika ingin anak menepati ucapannya dan bertanggung jawab atas komitmen mereka, orangtua pun harus memberi contoh dari rumah.
5. Anak terluka secara emosional
Mungkin orangtua kurang menyadarinya, tapi janji yang diingkari bisa melukai perasaan anak, terutama jika itu terjadi berulang kali. Rasa kecewa yang terus-menerus bisa berubah menjadi luka emosional. Anak bisa merasa tidak dicintai, tidak didengarkan, atau bahkan merasa ditolak.
Luka seperti ini bisa membekas dan terbawa sampai dewasa, membentuk cara anak membangun hubungan dengan orang lain. Anak yang sering dikecewakan bisa tumbuh menjadi pribadi yang tertutup, mudah curiga, atau kesulitan membangun ikatan emosional.
Tentu, tidak ada orangtua yang sempurna. Kita semua bisa lupa, lelah, atau terjebak dalam situasi yang membuat janji tidak bisa ditepati. Tapi penting bagi kita untuk jujur dan bertanggung jawab. Jika memang tidak bisa memenuhi janji, beri penjelasan yang jujur kepada anak. Minta maaf dan berusahalah untuk memperbaiki keadaan.