Sering Cemas Nunggu Hasil Tes Medis? Bisa Jadi Kamu Alami Scanxiety

Was-was menunggu hasil kesehatan
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/accompaniment-abortion-process_31260253.htm

Kesehatan, VIVA Bali – Sering gelisah, jantung berdebar, atau susah tidur saat menanti hasil tes medis? Hati-hati, itu bisa jadi tanda kamu mengalami scanxiety. 

Forest Sound Meditation, Kelas Terapi Suara di Alas Bali

Menunggu hasil tes medis kadang rasanya seperti digantung di tepi jurang, deg-degan, gelisah, dan pikiran pun langsung lari ke kemungkinan terburuk. Kalau kamu pernah atau sedang mengalaminya, bisa jadi kamu tengah berada dalam kondisi yang disebut scanxiety.

Meskipun istilah ini belum terlalu familiar di kalangan umum, scanxiety sudah banyak dikenal di dunia medis, terutama dalam konteks kanker dan pengobatan kronis.

Kentut, Si Kecil Bau yang Banyak Manfaatnya Untuk Kesehatan

Apa sih sebenarnya scanxiety itu? Kenapa bisa muncul? Dan yang terpenting, bagaimana cara mengatasinya agar nggak mengganggu hidup sehari-hari? Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

Secara sederhana, scanxiety adalah gabungan dari kata scan (pemindaian medis) dan anxiety (kecemasan). Istilah ini menggambarkan kondisi emosional berupa kecemasan berlebihan sebelum, selama, dan setelah menjalani tes medis, terutama CT scan, MRI, PET scan, atau biopsi.

Kamu Tim Tidur Lampu Nyala Atau Mati ? Yuk Cari Tahu Mana yang Lebih Sehat !

Menurut City of Hope, scanxiety adalah kecemasan yang meningkat yang dirasakan pasien kanker atau mereka yang dalam proses diagnosis, baik sebelum pemindaian, saat prosedur, maupun saat menunggu hasil. Rasa takut terhadap ketidakpastian hasil merupakan pemicu utama.

Fenomena ini adalah respons psikologis yang nyata dan lumrah dialami oleh banyak orang. Misalnya, menurut Utah Health, scanxiety bisa mengganggu tidur, pola makan, fokus, dan menimbulkan beban emosi yang cukup berat.

Dilansir dari jurnal ilmiah berjudul “Deteksi Depresi dan Kecemasan Pengguna Twitter Menggunakan Bidirectional LSTM” yang dipublikasikan di arXiv.org, kecemasan seperti scanxiety bisa terekam melalui pola bahasa dan emosi yang diungkapkan di media sosial, yang memperlihatkan betapa kuatnya efek emosional dari kondisi ini bahkan dalam aktivitas digital sehari-hari.

Penelitian lain dari Target Ovarian Cancer menyebutkan bahwa faktor utama scanxiety adalah kekhawatiran terhadap hasil scan dan perasaan tidak memiliki kendali atas apa pun yang terjadi.

Sedangkan menurut unggahan LinkedIn oleh Dr. Olubukola Ayodele, scanxiety bukan hanya gangguan emosional sesaat, tapi bagian dari perjalanan pengobatan kanker yang bisa terus muncul berulang, bahkan setelah bertahun-tahun.

Gejala

Gejala scanxiety bisa bermacam-macam, tergantung individu dan intensitas kecemasan yang dialami. Beberapa gejala umum yang sering muncul antara lain gelisah, sulit fokus, pikiran terus berputar, sulit tidur disertai mimpi buruk, jantung berdebar, keringat dingin, mual, ketegangan otot, sakit kepala, gangguan pencernaan, perubahan suasana hati seperti mudah marah atau menangis tanpa sebab, serta serangan panik atau rasa tertekan.

Secara psikologis, scanxiety bisa menimbulkan perasaan tidak berdaya, pikiran negatif, bahkan rasa “ini mungkin akhir segalanya”. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan fisik, membuat tubuh semakin gamang dan menurunkan kualitas hidup sehari-hari.

Hal ini diperkuat oleh berbagai sumber terpercaya, dilansir dari City of Hope, MSKCC, dan National Brain Tumor Society, yang menjelaskan bahwa gejala-gejala tersebut bukan sekadar reaksi emosional biasa, melainkan dampak nyata dari kecemasan yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses pengobatan.

Menghadapi Scanxiety

Mengelola scanxiety bisa dilakukan melalui berbagai pendekatan yang tidak hanya praktis, tapi juga terbukti efektif secara klinis. Salah satu cara yang cukup membantu adalah dengan mengalihkan perhatian ke aktivitas yang menyenangkan.

Menonton film favorit, berjalan-jalan santai, mencoba resep baru di dapur, atau sekadar merawat tanaman bisa menjadi penyangga mental yang menenangkan. Aktivitas ini memberi ruang jeda bagi pikiran, menjauhkan kita dari lingkaran overthinking yang sering kali memicu kecemasan lebih dalam.

Selain itu, berbicara dengan orang terdekat seperti teman, pasangan, atau keluarga bisa jadi katarsis emosional yang sehat. Menurut jurnal Supportive Care in Cancer, dukungan sosial memiliki dampak signifikan dalam meredakan kecemasan pasien kanker yang sedang menunggu hasil pemeriksaan medis. Rasa dipahami dan didengarkan mampu meredakan gejolak emosional yang menggunung.

Dalam situasi tertentu, latihan pernapasan dan meditasi juga sangat direkomendasikan. Teknik seperti mindfulness-based stress reduction (MBSR) telah diteliti secara luas dan terbukti menurunkan tingkat kecemasan pada pasien dengan kondisi kronis.

Dilansir dari artikel klinis di Journal of Clinical Psychology, praktik ini bekerja dengan menstabilkan sistem saraf dan menenangkan respons tubuh terhadap stres. Maggie’s Centre, lembaga pendamping pasien kanker di Inggris, juga menganjurkan meditasi sederhana dan teknik napas dalam sebagai bagian dari rutinitas menghadapi scanxiety.

Namun, penting untuk menyadari batasnya. Terlalu banyak menggali informasi di internet bisa menjadi bumerang. Membaca artikel medis atau testimoni tanpa kurasi dari sumber resmi sering kali menambah beban pikiran. Oleh karena itu, membatasi paparan informasi dan fokus pada arahan dokter serta referensi terpercaya jauh lebih aman bagi kestabilan mental.

Dan jika kecemasan sudah terasa berat, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Terapi seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT) telah banyak digunakan dalam menangani kecemasan klinis, termasuk yang berhubungan dengan proses diagnosis medis.

Dalam studi yang dipublikasikan oleh Memorial Sloan Kettering Cancer Center (MSKCC), CBT terbukti efektif mengurangi intensitas scanxiety pada pasien kanker yang menjalani pengobatan jangka panjang.

Scanxiety bukan tanda lemahnya hati, melainkan reaksi manusiawi terhadap ketidakpastian. Banyak pasien kanker, orang dengan penyakit kronis, bahkan keluarga mereka ikut merasakan tekanan ini.

Mengenal gejala dan cara penanganannya adalah langkah awal untuk membebaskan dirimu dari rasa cemas yang bisa saja lebih menyiksa daripada diagnosis itu sendiri.

Dengan pemahaman dan strategi yang tepat, kamu bisa jalani masa tunggu dengan lebih tenang.