Ilusi Otak Ini Bikin Kamu Ngerasa Dunia Berkonspirasi, Padahal Enggak!
- https://pixabay.com/illustrations/brain-human-anatomy-anatomy-human-1787622/
Algoritma digital mengeksploitasi kecenderungan otak ini demi meningkatkan keterlibatan pengguna. Dengan mengulang konten yang mirip, sistem menciptakan ilusi bahwa topik tertentu sedang dominan, meskipun kenyataannya belum tentu seperti itu di dunia nyata.
Ilusi ini tidak hanya menipu individu, tetapi juga berpotensi mempengaruhi keputusan besar. Misalnya dalam bisnis, seseorang bisa salah menilai tren pasar hanya karena merasa suatu produk sering muncul di linimasa digital. Atau dalam hubungan sosial, seseorang bisa merasa satu isu sosial sangat krusial hanya karena melihatnya berulang-ulang dalam waktu singkat, padahal dampaknya belum tentu sebesar itu.
Lalu, bagaimana kita menyadari bahwa kita sedang terjebak dalam frequency illusion? Langkah pertama adalah mengakui bahwa otak manusia bekerja dengan cara yang bias—dan itu normal. Langkah kedua, penting untuk memverifikasi persepsi dengan data obyektif. Jangan langsung percaya bahwa sesuatu sedang viral hanya karena kamu sering melihatnya. Bandingkan dengan tren aktual dari sumber yang valid. Langkah ketiga adalah melatih kesadaran diri melalui mindfulness. Praktik ini membantu kita mengenali pikiran yang muncul tanpa langsung mempercayainya begitu saja, memberi ruang untuk mempertimbangkan kemungkinan lain sebelum menarik kesimpulan.
Dengan menyadari cara kerja otak dalam membentuk ilusi frekuensi ini, kita bisa menjadi lebih objektif dan bijak dalam menilai informasi yang datang. Dunia tidak sedang berkonspirasi memperlihatkan hal yang sama berulang-ulang—itu hanya otakmu yang sedang memilih-milih informasi yang terasa relevan. Dan seperti banyak hal dalam psikologi, semakin kita mengenal cara kerja pikiran, semakin kita bisa berdamai dengannya.