Hidup atau Mati? Dokter Ungkap Kunci Keselamatan di 6 Jam Pertama Serangan Jantung
- https://www.pexels.com/photo/man-wearing-polo-shirt-holding-left-chest-128597/
Kesehatan, VIVA Bali – Dalam dunia kedokteran, waktu benar-benar bisa berarti hidup atau mati. Bagi pasien serangan jantung, golden hour enam jam pertama sejak gejala muncul merupakan masa paling krusial untuk mendapatkan penanganan medis. Jika tertangani dengan cepat, kerusakan pada otot jantung masih bisa dicegah. Namun jika terlambat, nyawa bisa menjadi taruhannya.
“Kalau sudah lewat dari enam jam, hampir semua otot jantung bisa mati. Akibatnya, pasien bisa mengalami gagal jantung,” ujar Prof. dr. Dasaad Mulijono, MBBS (Hons), FIHA, Ph.D, Direktur Heart & Vascular Center Bethsaida Hospital, dalam acara Lunch & Connect with Bethsaida di Tangerang, Kamis, 17 Juli 2025, seperti dikutip dari Antara.
Ia menekankan pentingnya kecepatan akses ke fasilitas kesehatan yang memiliki layanan tanggap darurat jantung. Dalam kasus serangan jantung, setiap detik sangat berarti.
Prof. Dasaad mengungkapkan bahwa mayoritas pasien serangan jantung justru tidak menunjukkan gejala sebelum serangan terjadi. “Sebanyak 70 sampai 80 persen pasien saya yang mengalami penyumbatan pembuluh darah tidak merasakan apa pun sebelumnya,” katanya.
Fakta ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin, bahkan sebelum seseorang berusia 40 tahun. Deteksi dini bisa menjadi langkah krusial untuk mencegah kejadian fatal yang seringkali datang secara tiba-tiba.
Selain faktor genetik, penyebab utama penyakit jantung adalah gaya hidup tidak sehat. Mulai dari pola makan buruk, stres berlebihan, kurang tidur, hingga minimnya aktivitas fisik menjadi pemicu utama meningkatnya risiko serangan jantung di usia muda.
“Penting sekali untuk olahraga minimal 150 menit per minggu, dengan intensitas sedang hingga tinggi,” kata Prof. Dasaad. Ia menyarankan aktivitas seperti bulu tangkis, tenis, gym, atau bahkan naik turun tangga, selama mampu meningkatkan detak jantung.