Kuliner Purple Food Trend Makanan Sehat Berbasis Ubi Ungu dan Bunga Telang Bali

Ungu Menggoda, Keajaiban Antioksidan dari Ubi Jalar Ungu
Sumber :
  • https://id.pinterest.com/pin/165085142579530911/

Kesehatan, VIVA Bali – Fenomena “Purple Food” kian populer sebagai inovasi kuliner sehat. Warna ungu alami pada makanan berasal dari antosianin, pigmen tumbuhan yang berfungsi sebagai antioksidan kuat. Penelitian menunjukkan ubi jalar ungu kaya antosianin dengan efek antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik. Kandungan antosianin yang tinggi pula menjelaskan warna ungu cerah pada ubi tersebut.

Rekomendasi Sunscreen Terbaik untuk Semua Jenis Kulit

Demikian juga bunga telang (Clitoria ternatea) mengandung antosianin (ternatin) yang memberi warna biru-keunguan dan memiliki aktivitas antioksidan. Dengan sifat tersebut, bahan pangan ungu ini tak hanya mempercantik tampilan masakan tapi juga menambah gizi.

 

Ubi Ungu - Sumber Gizi dan Antioksidan Alamiah

Lelah Bekerja, Bisa Jadi Tanda Demotivasi Kerja! Kenali 3 Tandanya Berikut

 

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L) merupakan sumber karbohidrat kompleks dan serat tinggi yang baik bagi kesehatan pencernaan. Menurut Balai Penyuluhan Pertanian, ubi jalar kaya vitamin A, C, dan E serta mineral seperti kalsium, kalium, dan magnesium. Dilansir dari Halodoc, seratnya yang tinggi membantu mengatur gula darah, sedangkan vitamin dan mineralnya mendukung sistem imun tubuh (misalnya β-karoten dari vitamin A yang memperbaiki penglihatan).

Rahasia Beauty Ritual Zero Waste ala MUA Lokal Bali

 

Lebih penting lagi, ubi jalar ungu kaya antosianin. Sebuah penelitian menyebutkan ubi ungu lokal mengandung sekitar 110–288 mg antosianin per 100 gram berat basah. Dikutip dari Halodoc pigmen antosianin inilah yang memberi warna ungu pekat sekaligus berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan antikarsinogenik.

Antosianin ubi jalar ungu dilaporkan bersifat anti-inflamasi dan antioksidatif, sehingga dapat membantu pencegahan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, diabetes, dan kanker. Misalnya, antosianin ubi ungu diketahui bersifat protektif terhadap sel hati dan retina, serta memiliki efek antihipertensi.

 

Ubi jalar ungu juga multifungsi dalam industri pangan modern. Di Indonesia ubi ungu banyak diolah menjadi keripik, tepung, maupun panganan tradisional seperti getuk atau dodol. Berbagai penelitian merekomendasikan pemanfaatannya sebagai bahan pangan fungsional dan pewarna alami. Misalnya, dilansir dari Halodoc studi pemanfaatan ubi ungu menunjukkan bahwa penggantian sebagian tepung terigu dengan tepung ubi ungu dalam roti dapat menambah aktivitas antioksidan pada roti tersebut.

Di tingkat global, ubi ungu telah dipakai dalam produk mie, roti, selai, permen, dan minuman di Jepang dan negara lain. Di Indonesia pun, tepung ubi ungu telah diterapkan dalam makanan bayi instan dan suplemen enteral untuk menambah asupan nutrisi anak-anak. Lebih lanjut, pigmen antosianin dari ubi ungu telah diujicoba sebagai pewarna makanan alami yang stabil, menghasilkan gradasi warna merah-mawar hingga ungu tanpa merusak rasa makanan. Pada akhirnya, pewarna alami dari ubi jalar ungu tak hanya mempercantik makanan, tetapi juga meningkatkan kandungan antioksidan dalam hidangan.

 

 

 

Bunga Telang Bali, Pewarna Biru-Keunguan dan Tanaman Obat

 

Bunga Telang (Clitoria ternatea L.), yang populer di Bali sebagai bunga hias dan jamu tradisional, kini juga dikenal sebagai bahan kuliner berbasis warna alami. Dilansir dari Halodo Warna biru-keunguan ciri khas bunga ini dihasilkan oleh antosianin kompleks (dikenal sebagai ternatin) yang memiliki aktivitas antioksidan baik. Selain itu, bunga telang mengandung flavonoid seperti kaempferol, kuersetin, dan mirisetin yang juga berfungsi sebagai antioksidan. Dengan komposisi tersebut, minuman atau olahan kuliner berbahan bunga telang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menambah kadar senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh.

 

Secara tradisional, bunga telang telah dimanfaatkan dalam pengobatan herbal. Dihimpun dalam buku saku tanaman obat Kementerian Pertanian, bunga telang digunakan sebagai diuretik (peluruh air seni), penurun panas, dan obat radang serta pembersih mata. Khasiat lain yang tercantum meliputi pembersih racun tubuh, pelancar haid, obat penyakit kulit, hingga penghitam rambut (dikutip dari Halodoc, "Benarkah Bunga Telang Efektif Atasi Rambut Rontok?").

 

Kini inovasi kuliner menggabungkan bunga telang dalam berbagai menu sehat. Contoh sederhana adalah blue pea tea, teh berwarna biru yang populer di kafe-kafe kesehatan. Selain itu, sari bunga telang kadang dicampur dalam jus, smoothie, atau agar-agar untuk efek warna alami. Minuman “ungu” yang tengah viral sering kali memadukan ekstrak bunga telang dengan bahan lain seperti gula batu atau nanas sehingga warnanya berubah jingga karena keasaman. Secara keseluruhan, bunga telang Bali memperkaya palet alam bagi industri makanan dan minuman fungsional, dengan keunggulan utama sebagai pewarna alami bebas bahan kimia.

 

Baik ubi jalar ungu maupun bunga telang menawarkan kombinasi unik antara warna mencolok dan manfaat gizi. Ubi ungu telah diakui sebagai tanaman pangan bernutrisi tinggi dan bernilai strategis untuk ketahanan pangan Indonesia. Kandungan antosianinnya yang melimpah membuatnya berpotensi sebagai sumber antioksidan alami dalam diet, di samping vitamin dan mineral penting lainnya. Pemerintah mendorong pengembangan ubi jalar sebagai alternatif beras yang lebih sehat dan ramah lingkungan.

Sementara itu, bunga telang Bali, meski lebih dikenal dalam konteks tradisi, menunjukkan kegunaan modern sebagai bahan pewarna dan suplemen alami. Riset membuktikan bunga telang kaya senyawa aktif yang bersifat antioksidan dan data resmi mencatat khasiatnya bagi kesehatan tubuh.

 

Dengan memanfaatkan kedua bahan alami ini, pelaku usaha pangan dan konsumen dapat mengikuti tren Purple Food yang menyehatkan. Aneka olahan berbasis ubi ungu dan bunga telang tidak hanya menghadirkan warna yang instagramable, tetapi juga nilai tambah nutrisi.

Oleh karena itu, inovasi kuliner semacam ini sejalan dengan upaya mempromosikan pola makan sehat berbasis sumber lokal. Dukungan riset dan kebijakan pertanian yang kuat menjadi kunci agar tren “Purple Food” dapat berkelanjutan, meningkatkan konsumsi pangan bergizi, dan pada akhirnya memperkuat ketahanan pangan nasional.