Jangan Panik Jika Bayi Kuning! Dokter Jelaskan Cara Tepat Mengatasinya
- https://www.pexels.com/photo/mother-kissing-her-cute-baby-3875225/
Kesehatan, VIVA Bali – Banyak orang tua baru merasa panik ketika melihat bayi mereka mengalami perubahan warna kulit menjadi kekuningan. Kondisi ini dikenal sebagai penyakit kuning atau hiperbilirubinemia, dan menurut para ahli, hal ini umum terjadi pada bayi baru lahir, terutama di minggu pertama kehidupannya.
Dokter anak subspesialis neonatologi, dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K), menjelaskan bahwa penyakit kuning pada bayi bisa disebabkan oleh dehidrasi, terutama bila bayi hanya mendapatkan ASI eksklusif pada awal kelahirannya.
“Penyebabnya adalah karena ASI rata-rata baru keluar dalam jumlah cukup saat bayi berusia 3 sampai 5 hari. Sebelum itu, bayi bisa mengalami dehidrasi, dan ini memicu peningkatan kadar bilirubin dalam tubuh,” ujar Rosalina dalam sebuah webinar, Senin (Jakarta).
Bilirubin adalah pigmen berwarna kuning yang terbentuk dari proses pemecahan sel darah merah. Dalam kondisi normal, bilirubin akan dikeluarkan tubuh melalui urin dan feses. Namun, saat bayi kekurangan cairan, bilirubin tidak dapat keluar secara maksimal dan malah diserap kembali ke dalam tubuh, menyebabkan warna kulit dan mata bayi berubah menjadi kekuningan.
Kondisi ini disebut sebagai breastfeeding jaundice, dan yang perlu digarisbawahi adalah, bukan berarti pemberian ASI harus dihentikan. Justru, menurut dr. Rosalina, ASI harus diberikan lebih banyak dan lebih sering.
“Kalau minumnya banyak, bilirubin akan keluar bersama feses dan urin. Jadi solusinya bukan menghentikan ASI, tapi justru menambah frekuensinya,” jelasnya.
Selain pada minggu pertama, penyakit kuning juga bisa muncul saat bayi sudah berusia lebih dari tujuh hari. Kondisi ini dikenal sebagai breast milk jaundice, dan mekanismenya masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, diduga hormon tertentu dalam ASI, seperti estrogen dan progesteron, dapat memengaruhi kemampuan hati bayi dalam mengolah bilirubin.
Meskipun biasanya tidak berbahaya, jika kadar bilirubin terlalu tinggi dan melewati sawar darah otak, dampaknya bisa serius. Dalam beberapa kasus ekstrem, bayi bisa mengalami kerusakan otak permanen akibat bilirubin yang tidak tertangani dengan baik.
“Kalau bilirubin sudah melewati ambang batas, sebaiknya segera konsultasi ke dokter untuk dilakukan terapi sesuai rekomendasi medis,” imbau dr. Rosalina.
Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi mengalami hiperbilirubinemia karena organ hatinya belum berkembang sempurna untuk memproses bilirubin. Oleh karena itu, pemantauan lebih ketat perlu dilakukan pada bayi prematur.
Selain itu, dr. Rosalina juga menekankan pentingnya nutrisi yang baik bagi ibu menyusui, karena kualitas ASI sangat tergantung pada asupan gizi sang ibu. ASI yang berkualitas membantu bayi terhidrasi dengan baik dan mempercepat pengeluaran bilirubin.
Cara Mencegah dan Menangani Penyakit Kuning pada Bayi
- Segera mulai pemberian ASI setelah bayi lahir, jangan menunggu sampai ASI "banyak".
- Susui bayi setiap 2–3 jam, bahkan saat malam hari.
- Perhatikan gejala kuning di kulit dan mata bayi.
- Konsultasikan ke dokter anak bila warna kuning terlihat memburuk atau tidak kunjung hilang.
- Ibu menyusui harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga kualitas ASI.
Penyakit kuning memang umum terjadi pada bayi baru lahir, tapi bukan berarti harus diabaikan. Dengan informasi yang tepat dan perhatian dari orang tua, kondisi ini bisa diatasi tanpa komplikasi. Selalu konsultasikan setiap perubahan kondisi bayi kepada dokter, karena kesehatan si kecil adalah prioritas utama.