Bukan Untuk Ditakuti, Biopsi Justru Bisa Selamatkan Nyawa

Ilustrasi Kanker Payudara.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/woman-holding-pink-ribbon-5483017/

Kesehatan, VIVA Bali – Bagi banyak perempuan, mendengar kata biopsi bisa langsung memunculkan rasa takut dan kecemasan. Tak jarang, prosedur ini dianggap sebagai vonis awal atas penyakit kanker yang belum tentu pasti.

Kupas Tuntas Khasiat Kopi bagi Kesehatan

Namun, di balik ketakutan tersebut, biopsi justru menjadi langkah krusial dalam menentukan diagnosis dan pengobatan yang paling tepat untuk kanker payudara.

Menurut Dr. dr. Farida Briani Sobri, SpB(K)Onk, dokter spesialis Bedah Onkologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), biopsi bukan hanya bertujuan untuk mengetahui apakah sel tersebut ganas, tetapi juga untuk memahami karakter biologis kanker secara mendalam.

Bukan Solusi, Sering Memarahi Anak Justru Berdampak Buruk Pada Psikologisnya!

“Biopsi tak hanya tentang mengetahui, tapi juga tentang menyesuaikan langkah pengobatan yang paling tepat untuk tiap individu,” jelas dr. Farida.

Biopsi memungkinkan dokter untuk menganalisis penanda tumor penting seperti ER, PR, HER2, dan KI67 yang dapat menentukan jenis kanker payudara, seperti:

Rahasia Hidup Sehat, Ada di Obat Ini! Cek 7 Manfaat Lainnya

Luminal A

- Luminal B

HER2-positive

Triple-Negative Breast Cancer (TNBC)

Informasi ini sangat penting karena setiap subtipe kanker memerlukan pendekatan pengobatan yang berbeda, mulai dari terapi hormonal, kemoterapi, hingga terapi target.

Banyak perempuan merasa panik saat menemukan benjolan di payudara, padahal sebagian besar benjolan bersifat jinak. Data dari Breast Cancer Research Foundation menunjukkan bahwa hanya sekitar 3–6 persen benjolan yang bersifat ganas. Bahkan menurut Stony Brook Cancer Center, 80 persen benjolan yang diperiksa lewat biopsi terbukti tidak berbahaya.

Karena itu, dr. Farida mengingatkan bahwa langkah bijak pertama bukanlah panik, melainkan berkonsultasi dengan tenaga medis dan melakukan evaluasi yang tepat.

“Kita harus tetap tenang namun kritis. Jangan panik, tapi jangan juga abai,” tegasnya.

Dalam beberapa kasus, biopsi mungkin perlu diulang, atau dikenal sebagai rebiopsi. Ini dilakukan ketika terjadi perubahan kondisi pasien, baik secara klinis maupun dalam respons terhadap terapi.

“Karakteristik kanker bisa berubah, dan strategi pengobatan harus mengikuti perubahan tersebut. Rebiopsi memungkinkan kita memperbarui data dan menyesuaikan terapi,” ungkap dr. Farida.

Berkat kemajuan teknologi medis, prosedur biopsi kini jauh lebih sederhana. Sebagian besar bisa dilakukan dengan jarum halus yang dipandu oleh teknologi pencitraan seperti USG, mamografi, atau MRI. Ini membuat biopsi menjadi prosedur yang minim nyeri, tidak memerlukan rawat inap, dan biaya jauh lebih efisien dibanding operasi terbuka.

“Dari sisi biaya, biopsi hanya membutuhkan sekitar seperempat hingga setengah dari biaya operasi terbuka,” jelasnya.

Jenis-Jenis Biopsi yang Umum Dilakukan:

Fine-Needle Aspiration (FNA)

Core-Needle Biopsy

Surgical Biopsy

Skin Punch Biopsy

Pemilihan jenis biopsi akan disesuaikan dengan kondisi pasien, termasuk usia, riwayat medis, ukuran benjolan, dan lokasi kelainan.

Sebagai pendiri Yayasan Smart Pink Indonesia, dr. Farida juga menekankan pentingnya edukasi bagi pasien kanker payudara. Pemahaman tentang jenis kanker, subtipe, dan pilihan terapi membuat pasien lebih siap dan percaya diri dalam menjalani pengobatan.

“Pasien yang mengerti kondisinya akan lebih aktif terlibat dalam proses penyembuhan. Itu membuat pengobatan lebih efektif dan bermakna,” katanya.

Biopsi bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari kejelasan dan harapan. Dengan prosedur yang kini semakin aman dan nyaman, biopsi menjadi alat penting dalam memastikan diagnosa yang tepat dan memulai pengobatan yang sesuai sejak dini. Jangan takut untuk mengetahui kebenaran, karena dari sana, langkah penyembuhan dimulai.