Keindahan Gerakan Tari Legong, Seni Klasik Bali yang Memikat

Ilustrasi keanggunan penari Tari Legong asal Bali
Sumber :
  • https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Balinese_dance_Legong_in_Ubud,_Ramayana_performance,_20220823_1929_0494.jpg

Budaya, VIVA BaliTari Legong adalah tarian klasik Bali yang identik dengan kematangan gerak dan keindahan visual. Nama “Legong” sendiri berasal dari dua kata Bali: leg yang berarti gerakan luwes, dan gong yang merujuk pada alat musik pengiring, sehingga Legong dapat diartikan sebagai tarian yang gerakannya erat berpadu dengan alunan gamelan.

Mengenal Tari Lengger Lanang, Ketika Lelaki Menyuarakan Keanggunan

Menurut informasi yang dipaparkan oleh Dinas Kebudayaan Buleleng, asal-usul tari ini bahkan lahir dari sebuah mimpi seorang pangeran. Disebutkan bahwa Pangeran Sukawati yang tengah sakit bermimpi melihat dua wanita menari dengan gemulai. Mimpi itu kemudian diwujudkan menjadi bentuk tari yang kemudian dikenal sebagai Legong.

Salah satu variasi Legong yang paling terkenal adalah Legong Lasem. Seperti yang dijelaskan dalam portal Indonesia Kaya, tarian ini diciptakan pada akhir abad ke-19 oleh I Dewa Gede Rai Perit dan mengangkat kisah Panji, yaitu tentang Prabu Lasem yang jatuh hati pada Diah Rangkesari. Pada masa awal kemunculannya, Legong bersifat sakral. Pertunjukan hanya ditampilkan di pura atau keraton pada momen-momen khusus, dan para penarinya haruslah gadis belia yang belum mengalami menstruasi.

Makna Sosial Tari Boboko Logor, Ketika Bakul Nasi Menjadi Bahasa Seni

Dalam penampilan Legong Lasem versi lengkap, strukturnya terdiri dari lima bagian: papeson (pembukaan), pengawak (bagian utama), pengencet (pengembangan), pengipuk (romansa atau konflik), dan pekaad (penutup). Seperti yang dituliskan Indonesia Kaya, durasi penuh pertunjukan ini bisa mencapai 60 menit. Namun, untuk kebutuhan pertunjukan wisata, biasanya hanya disajikan sekitar 15 menit saja.

Karakteristik visual Legong sangat mencolok. Kostum penari dihiasi brokat indah, mahkota bunga, riasan wajah yang tegas, serta kipas yang menjadi properti utama, kecuali pada tokoh condong. Menurut uraian dalam Indonesia Kaya, gerakan tangan, kepala, mata, hingga ekspresi wajah memiliki peran penting karena semuanya dipakai untuk menyampaikan alur cerita.

Makna dan Estetika Gerakan Tari Ngajat Dayak Iban

Seiring waktu, Legong tidak lagi terbatas di keraton. Ia menyebar ke desa-desa dan perlahan beradaptasi dengan selera zaman. Gamelan pelegongan yang dulu menjadi pengiring mulai digantikan oleh gamelan gong kebyar yang lebih dinamis. Irama ditingkatkan, koreografi lebih ekspresif, dan variasi gaya muncul di berbagai daerah. Di Desa Peliatan, misalnya, Legong Lasem berkembang dengan ciri khas gerak yang lebih berani dan penuh volume.

Namun, transformasi ini menimbulkan tantangan tersendiri. Bagaimana menjaga Legong tetap relevan di panggung wisata tanpa kehilangan makna sakral dan ketelitian gerak yang menjadi ruhnya? Adaptasi memang penting, tetapi menjaga inti nilai dan simboliknya lebih penting lagi.

Halaman Selanjutnya
img_title