Tari Rodat Bali, Kesenian Religi yang Menjadi Simbol Toleransi
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Tari_Rodat.jpg
Budaya, VIVA Bali – Bali selama ini dikenal dengan budaya Hindu yang begitu kental, namun siapa sangka di balik gemerlap tradisi Pulau Dewata juga hidup warisan budaya Islam yang unik. Salah satunya adalah Tari Rodat, sebuah seni pertunjukan khas masyarakat muslim di Bali, khususnya di Kampung Islam Kepaon, Denpasar. Keberadaan tari ini menjadi bukti bagaimana harmoni antarbudaya telah lama mengakar di Bali.
Menurut catatan Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Tari Rodat awalnya diperkenalkan oleh para pendatang muslim, terutama dari Bugis, yang kemudian berbaur dengan komunitas lokal. Pertunjukan ini memadukan seni tari, musik rebana, serta syair puji-pujian bernuansa Islam. Uniknya, meski lahir dari tradisi keagamaan, Rodat di Bali juga tampil sebagai bagian dari perayaan masyarakat luas, termasuk dalam acara adat maupun festival budaya.
Dalam pementasannya, Tari Rodat biasanya dimainkan oleh sekelompok penari pria. Mereka bergerak dinamis mengikuti tabuhan rebana yang ritmis, disertai lantunan syair yang berisi doa atau pesan moral. Kostum yang digunakan pun mencerminkan nuansa Islami dengan busana serba tertutup. Kehadiran Rodat di tengah masyarakat Bali menghadirkan warna baru, sekaligus memperlihatkan bahwa identitas budaya tidaklah tunggal.
Hal yang menarik, Tari Rodat bukan hanya hiburan, tetapi juga simbol kebersamaan. Masyarakat Kampung Kepaon menjaga tradisi ini sebagai bagian dari identitas kolektif mereka. Seperti yang dijelaskan dalam Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, Tari Rodat berfungsi sebagai perekat sosial yang menunjukkan bagaimana komunitas muslim di Bali tetap bisa menjaga akar tradisinya tanpa kehilangan harmoni dengan budaya Hindu yang dominan. Dengan kata lain, tari ini adalah gambaran nyata tentang toleransi.
Jika dicermati, pola gerakan dalam Tari Rodat sederhana tetapi penuh makna. Gerakan berulang dengan tempo cepat melambangkan kekompakan, sementara tabuhan rebana yang mengiringi menjadi simbol semangat spiritual. Dari sini kita bisa melihat bagaimana seni tradisi ini tidak sekadar tontonan, melainkan bentuk ekspresi keagamaan yang diolah menjadi budaya kolektif.
Selain itu, Tari Rodat juga memperlihatkan fleksibilitas budaya. Meski berakar dari tradisi Islam, ia mampu beradaptasi dengan kehidupan masyarakat Bali yang multikultural. Inilah mengapa Tari Rodat masih relevan ditampilkan dalam berbagai kesempatan, baik di acara keagamaan umat Islam maupun festival budaya yang lebih luas. Tradisi ini menunjukkan bahwa keberagaman bisa menjadi ruang perjumpaan, bukan perbedaan.