Serba-Serbi Adat Aceh dalam Manuskrip Kuno

Membaca adat, membaca Aceh
Sumber :
  • https://unsplash.com/id/foto/sebuah-buku-terbuka-dengan-tulisan-arab-di-atasnya-qfm19-jIzwg?utm_content=creditShareLink&utm_medium=referral&utm_source=unsplash

Tradisi, VIVA BaliDi balik harum kopi Gayo dan riuhnya syair-syair hikayat, Aceh menyimpan satu khazanah lain yang tak kalah berharga. Apalagi kalau bukan manuskrip adat. Naskah-naskah ini bukan sekadar lembaran kertas tua, melainkan rekaman hidup tentang bagaimana orang Aceh mengatur kehidupan sosial, hukum, dan budaya mereka berabad-abad lalu.

Tradisi Ajegeh Kobhur, Warisan Budaya Menjaga Kuburan Selama Tujuh Hari

 

Sebuah penelitian filologi baru-baru ini menyingkap detail menarik dari manuskrip adat Aceh. Dari bentuk huruf hingga warna tinta, setiap goresan menyimpan pesan yang lebih luas daripada sekadar tulisan. Ada aturan penulisan, pilihan kertas, bahkan gaya kaligrafi yang mengikuti tradisi tertentu. Semua itu memperlihatkan betapa seriusnya masyarakat Aceh menjaga tatanan adat melalui jalur tulisan.

Tentang Wabah dalam Manuskrip Aceh

 

Isi naskah tak kalah memikat. Di dalamnya, tertulis norma kehidupan dari tata cara bermusyawarah, penyelesaian sengketa, hukum perkawinan, hingga aturan tentang kepemilikan tanah. Menariknya, teks-teks adat itu menunjukkan perpaduan antara Islam dan kearifan lokal, sebuah cermin khas budaya Aceh yang menjadikan syariat dan adat sebagai dua sisi mata uang yang saling melengkapi.

Kenang-Kenangan Syekh Abdul Wahab Calau di Minangkabau Abad 19

 

Lebih jauh, penelitian ini menekankan bahwa manuskrip adat bukan sekadar warisan, melainkan dokumen hukum dan sosial. Ia menandakan bahwa jauh sebelum hukum modern hadir, masyarakat Aceh telah punya mekanisme sendiri dalam menjaga harmoni.

 

Namun, sebagaimana banyak manuskrip Nusantara lainnya, naskah adat Aceh menghadapi ancaman. Entah itu kertas yang rapuh, tinta yang memudar, hingga keterbatasan ahli untuk meneliti dan melestarikannya. Karena itu, para filolog mengingatkan pentingnya digitalisasi dan perawatan agar warisan ini tidak hilang ditelan waktu.

 

Membaca manuskrip adat Aceh sama halnya dengan membuka jendela masa lalu. Kita bisa melihat bagaimana leluhur menata kehidupan dengan nilai-nilai yang tegas namun tetap penuh kearifan. Di era modern yang serba cepat, manuskrip itu memberi pesan sederhana. Bahwa hukum dan adat tak hanya tentang aturan, tetapi juga tentang menjaga keseimbangan dalam hidup bermasyarakat.