Dari Kaba-Kaba nan Antik ke Wajah Wisata Baru

Belajar, melancong, bahagia
Sumber :
  • https://kabakaba.desa.id/desa/upload/artikel/sedang_DvVP5_1754058113_1.webp

Budaya, VIVA Bali –Bali memang tak pernah habis untuk diceritakan. Di balik pantai-pantai populer, tersimpan desa-desa tua yang mulai bertransformasi menjadi destinasi wisata berbasis budaya. Salah satunya adalah Desa Kaba-Kaba di Kabupaten Tabanan.

Filosofi Tari Serimpi, Simbol Keanggunan Perempuan Jawa

Ketika memasuki desa ini, suasananya langsung terasa berbeda. Hamparan sawah membentang luas, pura-pura kecil berdiri di sudut-sudut jalan, dan warga masih hidup dengan ritme tradisional. Desa ini memberi nuansa Bali yang lebih intim, jauh dari keramaian turis.

Daya Tarik Sang Warisan Budaya

Menurut penelitian Putra & Yasa pada 2021 lalu, salah satu kekuatan utama Desa Kaba-Kaba adalah Puri Gede Kaba-Kaba, sebuah peninggalan sejarah yang tidak hanya menjadi simbol identitas, tetapi juga magnet wisata. Puri ini menyimpan cerita panjang tentang peradaban bangsawan Bali dan menjadi titik sentral dalam konsep desa wisata.

Lanskap Alam dan Wisata Sepeda

Kain Tenun Endek, Warisan Budaya Kreatif Masyarakat Bali

Selain budaya, lanskap alam juga menjadi modal besar. Masih menurut penelitian tersebut, jalur persawahan di Kaba-Kaba sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata sepeda. Aktivitas sederhana ini menawarkan pengalaman berbeda: mengayuh sepeda sambil menikmati pemandangan hijau dan sistem subak yang masih dijaga warga setempat.

Peran Masyarakat dan Pokdarwis

Penelitian itu juga menekankan bahwa peran Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) sangat penting dalam pengembangan desa wisata. Dengan partisipasi aktif warga, Kaba-Kaba tidak hanya menjaga tradisi, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Strategi ini dinilai mampu menciptakan keseimbangan antara pelestarian budaya dan peningkatan kesejahteraan.

Strategi Pengembangan ke Depan

Makam Batu Berongga Kotak, Tradisi Waruga Pemakaman Unik Suku Minahasa

Sebagaimana disebutkan dalam penelitian di atas, terbuka jalan bahwa pengembangan Desa Kaba-Kaba perlu dilakukan dengan strategi yang hati-hati. Infrastruktur pendukung wisata memang harus diperkuat. Perbaikan akses jalan, fasilitas informasi, hingga penggencaran promosi. Namun keaslian desa dan kearifan lokal tetap menjadi prioritas utama.

Antara Tradisi dan Modernisasi

Kaba-Kaba kini berada di persimpangan: mempertahankan warisan leluhur sambil membuka diri pada masa depan wisata. Penelitian tersebut menegaskan bahwa arah pengembangan desa ini harus selalu berpijak pada prinsip berkelanjutan, agar tidak terjebak dalam industrialisasi pariwisata yang mengorbankan identitas budaya. Dengan segala potensinya, Desa Kaba-Kaba perlahan membuktikan diri sebagai destinasi alternatif di Bali. Ia bukan sekadar desa biasa, melainkan ruang di mana tradisi, alam, dan harapan baru bisa berjalan beriringan.