Filosofi Tari Serimpi, Simbol Keanggunan Perempuan Jawa
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:2011-06-05_TTF_41.jpg
Budaya, VIVA Bali – Indonesia memiliki banyak tarian tradisional yang bukan hanya indah dipandang, tetapi juga penuh dengan makna, sejarah, dan filosofi. Salah satunya adalah Tari Serimpi, tarian klasik dari Yogyakarta dan Surakarta yang lahir sejak masa Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-17. Tarian ini pertama kali diciptakan pada masa pemerintahan Sultan Agung, dan sejak itu menjadi bagian penting dari budaya keraton Jawa.
Menurut keterangan dari Dinas Kebudayaan DIY, Tari Serimpi awalnya memiliki kedudukan yang sangat sakral. Ia hanya dipentaskan di lingkungan keraton untuk acara kenegaraan atau ritual penting, misalnya peringatan naik tahta sultan. Gerakan yang anggun, lembut, dan penuh keserasian dianggap mencerminkan kehalusan budi dan kewibawaan kerajaan. Oleh karena itu, tarian ini tidak sekadar hiburan, melainkan juga simbol kekuasaan dan legitimasi politik raja.
Keindahan Tari Serimpi terletak pada keselarasan gerak penarinya. Biasanya empat penari tampil bersama, bergerak perlahan dengan pola lantai yang penuh perhitungan. Kostum yang dikenakan pun tidak kalah megah, dengan kebaya, jarik, dan sanggul khas Jawa yang mempertegas nuansa anggun. Musik gamelan mengiringi setiap gerakan, membuat suasana pertunjukan terasa khidmat dan memikat.
Sebagaimana dijabarkan di Indonesiakaya.com, dalam Tari Serimpi juga terdapat ajaran bahwa tarian bukan sekadar gerak, tetapi latihan batin agar sifat seperti arogan dan kebanggaan bisa ditenangkan. Gerak-gerak yang lemah lembut dalam tarian ini dianggap sebagai bentuk “melawan” bukan dengan kekerasan, melainkan dengan keanggunan dan kesopanan.
Filosofi yang terkandung dalam Tari Serimpi juga sangat dalam. Gerakan lemah gemulai bukan hanya menunjukkan estetika, melainkan juga melambangkan kelembutan hati, kesabaran, dan keseimbangan hidup. Hal ini sejalan dengan pandangan keraton bahwa tarian bisa menjadi media pengajaran moral dan spiritual. Dengan demikian, menonton atau mempelajari Tari Serimpi bukan hanya soal seni, tetapi juga tentang memahami nilai-nilai kehidupan yang dijunjung tinggi masyarakat Jawa.
Kini, meskipun tidak lagi eksklusif di keraton, Tari Serimpi tetap mempertahankan pesonanya. Tarian ini kerap ditampilkan dalam berbagai acara budaya, baik di tingkat nasional maupun internasional, sebagai representasi kekayaan seni Jawa. Ia menjadi bukti bahwa tradisi dapat terus hidup, beradaptasi, sekaligus memberi inspirasi lintas generasi.