Malamang, Tradisi Kuliner Minangkabau Menjelang Hari Besar Islam
- https://www.instagram.com/p/B7usQc1HZ3l/?igsh=MWJsbHZ3anpyYmF1bA==
Tradisi, VIVA Bali –Sumatera Barat tidak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kuliner rendangnya yang mendunia. Di balik itu, ada satu tradisi unik yang terus bertahan lintas generasi malamang. Ritual memasak lemang khas Minangkabau ini bukan sekadar proses kuliner, melainkan simbol kebersamaan, penghormatan terhadap nilai agama, sekaligus cerminan identitas budaya masyarakat setempat.
Tradisi malamang diyakini sudah berlangsung ratusan tahun di wilayah Minangkabau, mulai dari Padang, Pariaman, Solok, hingga daerah pesisir lainnya. Kata malamang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti “membuat lemang”. Lemang sendiri adalah makanan berbahan beras ketan, santan kelapa, dan gula aren yang dimasukkan ke dalam batang bambu beralas daun pisang, lalu dipanggang perlahan dengan kayu bakar.
Lebih dari sekadar sajian, malamang merupakan sarana memperkuat silaturahmi. Biasanya, kegiatan ini digelar menjelang Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, atau perayaan penting lain, termasuk pesta pernikahan. Tradisi malamang ini mengajarkan masyarakat untuk saling membantu dan menjaga harmoni sosial, sesuai filosofi adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.
Ritual malamang berlangsung secara komunal. Setiap anggota masyarakat memiliki peran, mulai dari mempersiapkan bahan hingga memanggang lemang. Berikut tahapannya:
1. Menyiapkan Bahan