Melukat, Antara Penyucian Diri, Tren Healing, dan Warisan Budaya Bali
- https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?phrase=pura+tirta+empul+foto
Dalam filosofi Hindu Bali, manusia hidup berdampingan dengan kekuatan alam dan roh-roh leluhur. Oleh karena itu, ketidakseimbangan dalam hidup, entah karena perbuatan, pikiran, atau pengaruh luar diyakini bisa mencemari tubuh dan jiwa. Melukat hadir sebagai upaya pemulihan keseimbangan tersebut.
Air suci memegang makna penting, karena bukan hanya membersihkan secara fisik tetapi juga menyimbolkan penyucian rohani. Pancuran air yang mengenai kepala, wajah, dan tubuh dalam ritual melukat dipercaya membantu melepas beban batin, amarah, kesedihan, atau energi negatif yang menempel.
Dari Sakral ke Tren Populer
Dalam beberapa dekade, melukat mengalami transformasi dari ritual sakral menjadi fenomena sosial yang menarik minat banyak orang. Media sosial berperan besar dalam mendorong tren ini.
Foto-foto selebritas, influencer, atau wisatawan yang berdiri khidmat di bawah pancuran Pura Tirta Empul, berbalut kain putih, tersebar di Instagram, TikTok, dan YouTube. Narasi yang menyertainya pun tak kalah menarik, mulai dari “menemukan kedamaian,” “melepaskan trauma,” hingga “memulai hidup baru.”
Bali sebagai destinasi wisata spiritual pun semakin kuat citranya. Tak hanya yoga dan meditasi, melukat kini masuk daftar aktivitas wajib bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman “pembersihan diri”. Pura-pura yang dulu hanya dikunjungi umat Hindu kini membuka diri untuk tamu non-Hindu, meski tetap dengan batasan dan aturan adat.